Dalam Perjalanan Jakarta, Iwan Fals kena Batunya bersama bininya yang lagi hamil 4 bulan ia dapat bangku kelas ekonomi yang paling butut, goncangan goncangan di kereta merisaukan hatinya, Maunya ia ingin bertahan, meski tetangganya bisa pindah ke lain kelas yang lebih nyaman, dengan menyogog petuhas ia merasa dipojokkan oleh tanggungjawab kepada bini dan oroknya disatu pihak, dan kenyataan yang tidak mencocoki nuraninya akhirnya ia menyerah juga.
"Saya seeing mengalami hal-hal demikian," ungkap Iwan pemusik yang suka meledek keadaan masyarakat ini kerap mengalami konflik batin menghadapi kenyataan.
"Saya memang pingin agar masyarakat luas lebih banyak menyenal tema lagu - lagu saya, lewat kaset atau radio misalnya "tapi akibat kepopuleran itu sungguh membuat ia kaget.
Terkenal dalam arti dikenal orang, rupanya bukan hal yang menuenangkan. Ia merasa" bukan lagi Iwan lagi" setiap namanya disapa. Padahal ia masih suka melakukan kebiasaan lama, ngamen dijalanan.
Ia menuatakan "benci" terhadap penggemarnya. Surat maupun telepon tak pernah ia tanggapi, "mungkin yang mereka tau adalah Iwan yang terkenal. Sementara banyak teman saya bilang, saya bukan Iwan yang dulu lagi," uangkapnya sedih. (asa).(Kompas, Nama dan Peristiwa 1981)
===========================================
Artikel ini diambil dari majalah/koran kemudian telah di ketik ulang dan di re-upload, dan ini hanya sekedar membagi wawasan agar dapat membacanya kembali, khususnya kepada penggemar Iwan Fals. Semoga bermanfaat
0 Comments