SELAMAT DATANG DI BLOG "IWAN FALS INFO" SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA PENGUNJUNG

Iwan Fals, Titipan Itu Ikhlas Kukembalikan



Ibuku, Koes Haryoso, 60, ngotot duduk di depan bersamaku dalam mobil yang membawa jenazah Galang. "Dia cucuku...dia cucuku," begitu kata ibuku.

Walau semasa hidup ibu sempat dibuat pusing oleh ulah cucunya itu, kepergian Galang yang mendadak tentu saja sangat mengejutkan. Di mata ibu, sosok aku, Tanto, - Ibu memanggilku tanto, bukan Iwan - jauh berbeda dengan cucunya, Galang. Kebebasan dan keterbukaan memang sudah menjadi tuntutan generasi kini.

Aku sendiri memang tak ingin mengulang pengalaman banyak orang tua masa lalu. Yang mendidik anaknya dengan keras, bahkan bisa dibilang otoriter. Mereka merasa anak sebagai milik sendiri, bukan titipan Tuhan. Salah sedikit diomeli, di setrap. Terlambat pulang sekolah di intograsi.

Karena aku merasa Galang adalah titipan Tuhan, maka pemiliknya itu kini memintanya kembali. Kukembalikan dengan ikhlas. Karena itu, kubiarkan Galang tumbuh sebagai pribadi yang mandiri. Ketika dia memutuskan untuk meneruskan pendidikannya ke sekolah musik, setamat SMP, aku serahkan sepenuhnya padanya. Demikian pula dengan gaya hidup pilihannya. Dia kan anak lelaki.

Berbeda dengan Cikal, yang lebih dekat denganku, Cikal juga menuruni bakat seni, ia gemar melukis.  Di dinding luar keluarga, lukisan-lukisan Cikal dapat dilihat. Cikal senang melukis sosok manusia. Aku sering menjemputnya pulang sekolah dengan bersepeda. Sekolah Cikal memang masih di kawasan Bintaro. Tak jauh dari rumah kami.

Sumber : Majalah Wanita Indonesia - No 398/IX/Minggu, 1 Mei 1997 ( Dokumen HK)
Kutipan : Yunasjen

==============================
Artikel ini diambil dari majalah/koran kemudian telah di ketik ulang dan di re-upload, dan ini hanya sekedar membagi wawasan agar dapat membacanya kembali, khususnya kepada penggemar Iwan Fals. Semoga bermanfaat.
Haturnuhun


Post a Comment

0 Comments