SELAMAT DATANG DI BLOG "IWAN FALS INFO" SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA PENGUNJUNG

Kawinan Mbah Coco Dihibur Iwan Fals



Malam yang super indah tersebut, adalah jejak mBah Coco, memasuki dunia keluarga. Entah mimpi apa, yang membuat di usia yang sudah “tuek’, harus melangsungkan pernikahan, dalam usia 43. Namun, kata banyak pepatah, sebaik-baiknya sendiri dengan kaki yang kokoh, tetap nikmat, jika punya istri dan kemudian punya anak.

Padahal, jaman itu, sembonyan mBah Coco, “Pernikahan Itu Merusak Kebudayaan”. Saat masuk usia 40, sudah tak tertarik berpikir untuk nikah, sudah tak tertarik untuk punya anak. Dan, benci dengan istilah pernikahan. Karena, memang pernikahan itu merusak kebudayaan. Maksudnya, kebudayaan purba.

Tapi, karena ingin merasakan pernikahan, seperti teman dan sahabat-sahabat mBah Coco, yang sudah menikah tahun 80-an. Cuman, karena lagi ngganggur dan tidak punya penghasilan. Maka, lokasi pernikahannya dipilih di sebuah kafe di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Saat itu, sepertinya rumahnya sangat artistik, dan hanya bisa didatangi undangan 100 orang doang, murah meriah, bro !!!

Rumah mode, yang digunakan sebagai galery furniture dan kafe itu, dianggap mBah Coco sangat berkesenian yang elegan, kontemporer, dan sophisticated. Galery rumah itu, milik keluarga besar, pemilik Patato Head, Ronald Akili. 

Yang paling sangat punya nilai sejarah, dalam pernikahan mBah Coco.

Pertama, yang bisa siap hadir adalah penyiar classic rock, Febrira Galib. Doi, saat itu masih sebagai penyiar Radio 97 FM, spesialis musik clasic rock. Dan, bersedia menjadi tukang cuap-cuap. Banyolannya nggak ketulungan, dan doi saat itu sudah jadi legenda penyiar, jebolan Radio OZ, Bandung (radio paling digandrungi dan dicontek oleh banyak radio di Indonesia).

Kedua, Garin Nugroho Riyanto, temen SMP mBah Coco, ternyata juga bisa hadir. Sutradara yang sukses di setiap festival film internasional ini. Datang kekawinan, karena ingin ketemu Iwan Fals. “Aku mau buat film Iwan Fals, kalau dia berminat segera aku garap,” demikian kata Garin.

Ketiga, Ario Angling Kusumoharjo. Doi, adalah guru politiknya Jokowi. Walaupun saat itu, Jokowi belum jadi walikota Solo. Tapi, sejak saat itu, sudah digodok untuk dijadikan tokoh masyarakat. Kebetulan, doi itu adalah sahabat yang selalu dugem bersama mBah Coco. Hampir tiap malam, sejak 1998 sampai 2003, tidak pernah absen di dunia live musik di semua kafe-kafe di Jakarta. Bahkan, sampai Januari 2020 ini pun, masih belum absen dari dunia live musik.

Keempat, adalah Iwan Fals Virgiawan Listanto, temen sekolah di “Kampus Tercinta”, Sekolah Tinggi Publistik. Saat itu, Iwan datang bersama dengan istrinya, Yos yang baru menggendong anak ke-3, Raya Rambu Rabbani, yang baru berumur satu tahun. “Gue salaman aje ye, gue mau balik ke mobil, nidurin si Raya,” kata Yos.

Masih ingat album “In Collaboration With”, yang ditelorkan Iwan Fals, tahun 2003? Nah, lagu perdana di album ini, “Aku Bukan Pilihan” itu, yang dinyanyikan, saat Febrira Galib sebagai tukang cuap-cuap. Ujug-ujug mempersilahkan Iwan ke panggung, lokasinya di atas kolam renang, untuk menghibur para undangan kawinan mBah Coco. 

Kalau nggak salah, album ini, Iwan Fals berkolaborasi, dengan musisi seperti Pongky (Jikustik), Erros (Sheila on 7), Harry Roesli (dedengkot legenda musisi Bandung), Aziz (Jamrud), Piyu (Padi), Ahmad Dhani (Dewa19), Tohpati, Kikan (Cokelat) dan dikomandani Harrie Buchaery.

Karena setelah malam itu, “Aku Bukan Pilihan” dinyanyikan Iwan Fals, ternyata sebulan berikuitnya meledak di pasaran, meraih “triple platinum” sebagai penjualan terbanyak. Dan mendapat penghargaan sebagai album dan single terbaik, tahun 2004. 

Maaf, ceritanya pendek aje....maklum. Lagi berbunga-bunga, coy !!!

RajaPane, Azmy Imaduddin Alqamar, Endang Suherman

Catatan 17 Juli 2020
Jejak mBah Coco Sebelum Dilupakan – Jilid 69
Sumber/penulis : Cocomeo Cacamarica

Post a Comment

0 Comments