“Ada satu kejadian yang sampai sekarang saya tidak lupa. Di sebuah rumah yang ada tiga anak gadisnya, saya menyanyi dan disambut ketiga cewek-cewek itu dengan hangat. Tapi begitu Bapaknya keluar, saya diomelin. Saya lalu pergi, dikejar oleh salah satu cewek itu sambil memberi yang dan berpesan, kalau datang haru jam tertentu supaya tidak ada Bapak. Sejak saat itu saya selalu kembali ke rumah itu lagi ...”kenang Iwan.
Itu salah satu pengalaman pahit sekaligus manis. Yang banyak dialaminya adalah yang pahit. Misalnya di siram air panas, disambut gonggongan anjing. Namun demikian Iwan tetap senang ngamen, karena dia menganggap pengalaman – pengalaman itu sebagai tantangan. Datang tidak diundang apakah akan diterima pemilik rumah atau tidak, itu yang menjadi pertanyaan. Jika diterima rasanya tidak diberi uang pun Iwan sudah puas.
“Tapi setelah banyak orang kenal, saya agak segan ngamen. Kalaupun mau saya ingin ke satu tempat yang dimana orang tidak kenal siapa Iwan Fals. Kalau dikenal tidak lucu lagi dong ..” kata Iwan.
Seperti semangat hidupnya untuk selalu mandiri, dalam bermusik pun Iwan belajar sendiri. Kegemarannya membaca koran atau buku banyak membantunya dalam membuat lirik. Iwan paling benci melihat anak – anak muda yang berfisik orangtua. Lemah karena terlalu banyak menghabiskan obat terlarang dan minuman keras.
“Saya juga pernah begitu, Jadi saya bisa merasakannya. Zaman ketika otak ini masih belum bisa berpikir secara benar, saya juga melarikan diri ke obat dan minum minuman yang memabukkan. Tapi kemudian saya berpikir, apakah hidup hanya untuk obat dan minum saja ?? Untuk memperoleh masa depan yang baik, saya tidak bisa berbuat begitu terus. Masih banyak yang bisa kita lakukan. Hidup ini sebenarnya indah, kalau kita mau melihat segi keindahannya. Jangan melihat sisi yang gelapnya saja !” kata laki – laki kelahiran Jakarta, 3 September 1961 ini.
Sumber : Iwan Fals Berkaca Pada Jejak Yang Ada
0 Comments