SELAMAT DATANG DI BLOG "IWAN FALS INFO" SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA PENGUNJUNG

"CERITA YANG TERSISA" Dari Kunjungan Pertama Kali ke Rumah Iwan Fals di Leuwinanggung, Januari 1999

Sebelum Oi di proklamirkan, berangkat dari Bandung sabtu pagi, naik bis jurusan Jakarta  di Terminal Leuwipanjang, kami berempat Oet, Fajar, Widy dan saya sendiri (Hendra Permana). Kebetulan setiap akhir pekan bis jurusan Jakarta waktu itu belum ada Tol Cipularang bisa lewat Jonggol menuju arah Jakarta yang melewati kawasan Cibubur. Yang tidak jauh dengan tempat yang dituju ke Leuwinanggung, kami berhenti di jalan yang mau ke Desa Leuwinanggung.

Pada saat itu sudah ada angkot  jurusan ke sana tapi masih jarang, dari pada menunggu lama, kita berempat jalan kaki sambil melihat pemandangan sekitarnya yang saat itu masih banyak tanah kosong berupa kebun dan sempat mengisi perut dulu, makan di warung pinggir jalan dan sambil berbincang dengan penduduk sekitar untuk menanyakan Desa Leuwinanggung, tempat yang akan kami tuju, sekitar satu jam perjalanan menuju kesana (kalau jalan kaki), akhirnya sampai ditempat tujuan.

sekitar jam satu, sempat bertanya ke penduduk disekitaran rumah Iwan yang sudah paham, karena sebelumnya sudah banyak yang berkunjung untuk ketemu Iwan, kami di antar sama anak Pak Harun yang bantu-bantu di rumahnya. Kami disuruh nunggu di halaman belakang yang ada makam Galang. Sambil bersantai melepas lelah seusai berjalan kaki, lumayan membuat pegal-pegal kaki, disela istirahat datang pembantunya Iwan yang bernama Ajo, bawa minuman dan rambutan yang kebetulan lagi musimnya saat itu dan langsung akrab, kebetulan dia bisa ngomong bahasa Sunda disela itu kami sempat berfoto. Salah satunya foto makam Galang, sayang dokumentasi foto hilang, kami juga sempat berbincang dengan anaknya Pak Harun seputar Iwan Fals. 

Setelah pindah ke leuwinanggung dia bercerita banyak sekali tentang Iwan saat ini, dengan kegiatannya dilakukan saat ini, salahsatunya kesenangannya main catur yang hobinya hampir sama denganku, yang main caturnya sangat ulet dan bagus, juga menceritakan tentang fansnya yang datang dari mana-mana. Ia bercerita sebelumnya ada fans dari Malang datang ke sini, setelah menunggu lama hampir 6 jam, itupun kalau anaknya pak Harun ngak bicara sama Iwan kebetulan saat itu baru selesai terima tamu. Bahwa di bawah ada fans dari Bandung sudah dari tadi siang menunggu, akhirnya kami berempat dipersilahkan untuk ke atas. Iwan sudah menunggu di paviliun rumahnya sambil bersila. Kami dipersilahkan duduk, itulah pertemuan pertamaku dengan sang idola yang hanya aku  dilihat di TV. Sosoknya yang begitu bersahaja, beda dengan penampilan yang aku lihat sebelumnya di media, pasca Galang meninggal Iwan mencukur rambutnya sampai habis (pelontos). Dan penampilan yang baru yang lebih bersih, terlihat dari pancaran muka yang lebih bersinar dari wajahnya yang putih, setelah sekian lama menyepi dari hiruk pikuk dunia musik.

Kami sempat berbincang cukup lama dari jam 7-10 malam, ada beberapa cerita  yang sampai saat ini diingat ketika Iwan bicara, suaranya begitu enak di dengar seenak Iwan lagi nyanyi, menambah akrab obrolan malam itu. Kebiasaan merokok Iwan yang beda dengan melinting rokok menjadi hal yang baru, dia hanya melinting kecil-kecil dengan jari tangan yang kecil seukuran gele dan sehabis menyalakan rokok dengan korek kayu, belas koreknya selalu dimasukan ke tempat koreknya, suatu kebiasaan kecil yang jarang orang lakukan. Tembakau yang dipake, setelah saya cek ditoko harganya cuma 7 ribu perak. Kebetulan waktu itu saya masih merokok ingin coba  tembakau yang dipake Iwan. Cerita yang lainnya dari obrolan Iwan saya sempat menanyakan seputar konser dia di tahun-tahun yang lalu mana yang paling berkesan dan menegangkan? Iwan bercerita bahwa konser yang di Yogya tahun 1993, itulah konser yang selalu diingat.  dimana tempat konsernya diapit dua pohon beringin yang secara mistis ada unsur ghoibnya, terbukti dari sound yang mau ia pake tidak menyala cukup lama, ditambah animo penonton yang membludak yang tidak sabar Iwan main, disela sound mati Iwan berimprovisasi untuk mengatasi masalah sampai nyala lagi.

Dua tahun kemudian rekaman konsernya saya dapatkan dari teman jadi suasana saat itu bisa dicek kebenarannya. Cerita yang lainnya, disela-sela obrolan saya sempat mengeluarkan kamera untuk bisa foto-foto (sebetulannya saya sudah tahu bahwa Iwan lagi nazar). Saya coba iseng mudah-mudahan bisa.  Tetapi Iwan menolak dengan halus katanya lagi ada nazar tidak berfoto disekitar rumah, pernah ada kejadian fans secara sembunyi-sembuhyi memotret dan Iwan marah besar. Cerita terakhir, usai ngobrol tak terasa waktu udah malam tepat jam 10 malam, Iwan mempersilahkan kami untuk menginap, karena waktu udah malam dan sudah tidak ada angkot. Kami ditempatkan dikamar bawah, saya melihat begitu banyak  beras disana. Pas saya kompirmasi ke Ajo pembantunya, bahwa tiap bulan sering mengadakan pembagian sembako ke penduduk sekitarnya.


Foto bertiga diatas bersama Oet, Fajar dan saya sendiri (Hendra Permana) yang masih setelan jabrig, foto di jepret sekitar jam 5 subuh masih pagi sekali. Kebetulan saya dan teman bisa menginap di rumah Iwan Fals. Kesempatan foto-foto tidak dilewatkan, ketika berfoto dengan Iwan nggak bisa karena lagi nazar tidak ingin berfoto dirumahnya. Ini salah satu yang menjadi cerita kehidupanku.


Pada saat berada di studio tempat Iwan bermusik yang ada di basement rumahnya, bisa masuk dan lihat apa yang ada di dalamnya, yang tidak semua orang ada kesempatan untuk masuk studionya yang masih dalam renovasi. Temboknya belum dicat, begitu banyak yang terekam dimemori otakku apa saja yang ada di studio, dari gitar yang sering Iwan pake saat konser, yang bodi belakangnya bulat, yang stem senarnya full tarikannya. Pas dicoba sangat beda dengan keumuman orang lakukan dengan gitarnya. Dan pajangan dindingnya. Ada beberapa yang masih diingat satu diantatanya penghargaan Iwan yang di dapat dari kunjungannya ke negeri Jepang. Saat ikut pentas budaya di negeri sakura, kalau zaman android udah banyak yang terjepret, Iwan sendiri tidak tahu akan hal ini. Berkat jasa pembantu di rumah Iwan yang bernama Ajo yang pernah ke leuwinanggung pasti tahu dia, selain keluarga Pak Harun yang bantu-bantu di ruman Iwan, ini menjadi catatan dalam kehidupanku menjadi kenangan yang takkan pernah dilupakan.

ITULAH CERITA YANG TERSISA DAN TERTINGGAL DARI KUNJUNGAN KE LEUWINANGGUNG.
HANYA DUA PHOTO YG TERSIMPAN DARI SEKIAN PHOTO HASIL JEPRETAN.
MESKIPUN TIDAK BISA BERPHOTO DENGAN IDOLA.
CERITA SESUNGGUHNYA TIDAK AKAN HILANG DARI INGATAN SEBAGAI SEBUAH MOMENT YANG TIDAK SEMUA FANS MENGALAMINYA.
YAnG LAYAK UNTUK DIINGAT DAN DIKENANG.

Sumber/penulis : Hendra Permana
Editor : Yunasjen 

Post a Comment

0 Comments