SELAMAT DATANG DI BLOG "IWAN FALS INFO" SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA PENGUNJUNG

Edane Betul-Betul "Edan"

EDANE BETUL - BETUL "EDAN"

  Satu lagi grup mencuat di blantika rock di Indonesia. The Beast album perdana mereka betul-betul ‘liar’. Dan permainan kelompok EDANE ini betul-betul 'edan'. Eet Syahrani main betul-betul ‘ganas’. Tapi betul ada bau Van Halen di sana?

  “Dengan globalisasi, musisi yang tidak siap mengglobal kan permainannya hanya akan tertindas; jadi santapan empuk musisi-musisi super power.... ”

  Sepotong kalimat yang dikutip dari kata pengantar di sampul album perdana EDANE, The Beast itu memang tersimak garang.

  Tapi memang terbesit sekilas kebenaran di sana. Kini, lampu merah rasanya sudah menyala di atas kepala para praktisi musik di sini. Serbuan artis musik manca negara tak kepalang dahsyatnya.

  Sementara pada sisi sebelah, kondisi ini wajar saja. Globalisasi, antara lain sebab musababnya. Batas antara Timur dan Barat kian tipis saja. Alias tak masanya lagi bicara siapa 'tuan rumah', siapa yang tamu'. Tak ada pilihan lagi untuk hidup di lahan yang sempit. Sementara yang ada hanya dua pilihan : hilang terlibas, atau sama-sama dapat porsi yang sama? Tinggi pilih.

  Dan kelompok EDANE ini rasanya mengambil pilihan ke dua.

  Dan The itulah yang coba dibuktikan mereka lewat album The Beast itu.

  Dari judul albumnya saja memang langsung tersimak, ada bau ‘Barat’ yang mau ditawarkan grup ini. Belum lagi tiga tembang dari 9 lagu di album itu berjudul Life. You Don't Have To Tell Me Lies, dan tentunya The Beast.

  Judul album juga tiga tembangnya boleh ‘barat’. Tapi apakah kualitas musik yang disodorkan juga semutu penampilan grup-grup rock dari Barat sana?

•  EMPAT COWOK ‘EDAN’
  Kita simak nanti, tapi sebelumnya kita kuak dulu isi perut kelompok EDANE:

  EDANE memang bisa berarti ‘gilanya’ (Jawa). Tapi nama itu semula berasal dari gabungan dua inisial ‘E’ dan ‘E’.

  E yang pertama, bisa jadi dari Ecky Lamoh. Sedang E yang kedua tak lain dari Eet Syahranie.

  Adalah Ecky alias Alexander Theodore Lamoh yang membuka jalur pertama ke dapur rekaman untuk solo album di bawah bendera Auto Record.

  Namun langkah berikutnya Eet hadir. Dan terus terang antara Ecky dan Eet bukanlah sejawat baru. Keduanya paling tidak pernah kerjabareng Ekki Sukarno lewat album Kharisma Indonesia.

  Sementara Ecky, kelahiran Jakarta 13 Juli 1961 itu tergolong cukup lama menggauli pentas seni. Biar mengaku punya tinggi ‘semekot’ (mungkin maksudnya ‘semeter kotor’), cowok ini lumayan jangkung tarikan vokalnya. Banyak pemusik rock di sini yang mengakui kebolehan suaranya. Beberapa album bernafaskan rock pernah diluncurkannya bareng Areng Widodo, Arthur Kaunang, Erwin Badudu, atau dengan Gideon Tengker.

  Tapi toh tak hanya bermusik yang dilakoni Ecky. Putra bungsu pasangan CH.O. Lamoh dan Elizabeth Ottilitowa Millbradt ini pun sempat juga beraksi di depan kamera film. Film pertamanya, Pencopet dilakoninya ketika ia baru berusia 12 tahun. Lantas Ecky pun main di Juragan Sulaiman (Jin Tomang). Mat Tuyul jago Betawi, dan pernah juga muncul di serial sinetron, Rumah Masa Depan.

  Seperti juga diakui Ecky, kehidupan yang dilakoninya cukup ‘keras’. Makanya olahraga yang dipilihnya juga terbilang keras punya. Apalagi kalo bukan beladiri karate. Dan bagi Ecky, karate ternyata bukan sekedar olah raga. Lebih dari itu jadi ajang baginya mengukir prestasi. Beberapa kejuaraan mulai tingkat lokal sampai nasional sempat dijuarainya.

  “Pengalama pahit saya banyak. Sedang pengalaman manis yang tak bisa terlupakan, ketika dapat pujian dari almarhum nenek saya, ” tutur cowok berahang keras ini.

  Sementara Eet Syahranie, seperti kita tau, gitaris yang tergolong tangguh di blantika rock di Indonesia. Wajar jika Eet lah yang digemit God Bless menggantikan posisi yang ditinggalkan Ian Antono. Dan sayatannya pada instrumen berdawai enam itu telah kita simak lewat dua rekaman God Bless, Raksasa, dan Story of God Bless. “Tapi masih banyak lagi, susah mengingatnya, ” tukas cowok kelahiran Bandung 3 Februari 1962 ini.

  Eet sepintas memang berkesan pendiam. Tapi bisa jadi ‘galak’ begitu mencekal gitar. “Bikin musik lagi dan lagi-lagi, ” ujar Eet ketika ditanya apa yang diinginkannya saat ini.

  Memang, EDANE pada awalnya lahir dari kerjabareng Ecky dan Eet. Tapi pada perjalanannya kemudian, tak bisa melupakan peranan besar dua personil lainnya. Makanya nama grup tidaklah E & E, atau E dan E melainkan digabung menjadi EDANE. “Kami menghilangkan kesan bahwa grup ini hanya dimiliki dua personil. Karena semuanya bersatu dalam EDANE, ” ungkap Eet.

  Dua personil itu, siapa lagi kalo bukan Fajar Satritama (drum) dan Iwan Xaverius Timbuleng (bas).

  Hadir Fajar dan Iwan memang kian memperkuat grup ini.

  Fajar yang paling jangkung (tinggi 179 centi) di EDANE ini tempo hari bisa disimak keampuhan gebukannya di rekaman Cynomadeus. Kelahiran Jakarta 11 Juli 1970, memang ia juga paling muda. Saat ini masih terdaftar sebagai mahasiswa semester VI di Fakultas Hukum UI.

  Sementara Iwan Xaverius, juga gampang dikenali di EDANE. Tentu bukan hanya lantaran punya rambut panjang lebih dari itu tampagnya juga nggak asing bagi pecinta rock di sini. Ia dikenal dengan nama panggilan “Iwan Jet Liar”. Nama yang terakhir itu memang dicomotnya dari nama grup lampunya. Dan Iwan pun sempat tercatat memperkuat kelompok Mahameru. “Iwan salah satu pemusik rock di sini yang punya aksi panggung paling bagus, ” ungkap seorang pengamat musik.

  Nah, empat cowok yang kualitas bermusiknya tak diragukan itu lah yang mengibarkan EDANE. Dan itu lah yang dibuktikan mereka lewat album The Beast yang ‘full rock’ itu.

• BOLEH METAL BOLEH THRASH

  The Beast yang rampung digarap tahun lalu itu menghadirkan 9 tembang. Kendati nampak mengunggulkan tembang Ikuti, delapan tembang lainnya juga potensial jadi hit. Sebut saja macam tembang Masihkah Ada Senyum juga The Beast sendiri. Dan semuanya memang kaya dengan warna rock yang kental. Tak kecuali di tembang Masihkah Ada Senyum yang punya sentuhan ballada.

  “Dasar rock kami memang kuat sekali. Buat kami, rock adalah musik yang tegar, tapi penuh cinta. Nggak cengeng!” tegas Ecky.

  Tapi pada sisi lain, Ecky tak mau memaksakan telinga pendengar untuk menerima begitu saja dari musik mereka. “jika ada yang menganggap beberapa lagu EDANE ini bercorak metal atau thrash boleh-boleh saja. Yang jelas kami berharap pendengar mampu menikmati lagu cadas kami yang mengacu pada hardrock, ” tambah Ecky.

  Kebebasan untuk menuangkan kemampuan, bisa jadi satu kunci sukses bagusnya The Beast ini. Eet misalnya. Ia tersimak habis-habisan menuangkan kemampuannya menyayat gutar. Yang pada sisi lain, nampak kurang dilakukannya saat tampil bareng God Bless. Sederet teknik serta gaya gitaran Eddie Van Halen - gitaris idolanya  -  di semburkan di sembilan tembang di album The Beast itu.

  Penggarapan materi lagu, serta sound yang dipilih di album The Beast memang mengacu pada banyak rekaman rock di Barat sana.

  Sementara sound gitarnya Eet juga nyaris sewarna dengan sound yang dipunyai Eddie Van Halen. Wajarlah jika penampilan EDANE di album itu begitu 'Barat' , begitu 'Van Halen' . Koq bisa begitu?

  “Tahap pertama ini EDANE masih ada bau-bau Van Halen. It's ok. Walaupun nggak semua lagu-lagunya kayak gitu. Tapi mereka kan masih muda, masih banyak waktu untuk menemukan jati diri. Orisinalitas ini kan yang dihargai di dunia global sekarang ini, ” tutur Setiawan Djodi, produser eksekutif album The Beast itu. (Simak boks wawancara dengan-nya).

  Ya, dunia yang lebih luas memang yang bakal dituju EDANE. Tidak melulu bursa musik rock di sini. Makanya tiga tembang berlirik Inggris yang ditampilkan, begitu serius digarap. Hingga sampai menghadirkan seorang dosen asli Inggris untuk membantu penulisan liriknya.

  Dengan konsep ingin ‘mendunia’ itu lah makanya EDANE tak gentar bertemu dengan bertemu dengan kelompok-kelompok macam Slank, Power Metal, atau Grass Rock, “Mereka memang sedang naik daun. Tapi EDANE yakin mampu mendapat tempat di hati pendengar. Karena musik kami memang lain! ” kata Eet Syahranie.

  Yeah bravo rock, salam tiga jari buat EDANE! (Iwan)

  LAPORAN : agam, abi.

FOTO-FOTO SUTE

Sumber : Majalah HAI
HAI 12/XVI 24 Maret 1992
Kutipan : Darul Fikri

Post a Comment

0 Comments