SELAMAT DATANG DI BLOG "IWAN FALS INFO" SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA PENGUNJUNG

Edane Is Back

EDANE IS BACK

 Mereka tampil lebih matang. Tetap liar. Tetap enerjik. Tapi Heri Batara, pengganti Ekky Lamoh, ternyata disiapkan ketika Ekky masih menjadi anggota Lho?

  Teka-teki calon pengganti Ekky Lamoh, vokalis Edane yang cabut beberapa waktu lalu, akhirnya terjawab dengan meluncurnya album Si Jabrik (Big Town). Dia adalah Heri Batara, pendatang baru di panggung rock Indonesia.

  Penggantian personel barang kali lumrah untuk sebuah kelompok musik. Yang mengagetkan, si Ucok - begitu panggilan akrab Heri Batara, ternyata telah "disiapkan" pada saat Edane menyiapkan diri untuk mendampingi konser Sepultura di Lebak Bulus. Tepatnya, mereka mulai berlatih di studio A System. Bahkan ketika Ekky tak hadir untuk gladi resik, konon perlu beristirahat untuk menjadi kondisi si suara, Ucoklah yang menggantikan tugasnya. Tentu saat tak banyak yang menyadari ketika dirinya, termasuk Ekky sendiri. Ia memang sengaja tak digembar-gemborkan.

  Namun ada kesepakatan antara Eet Syachranie (gitar), Iwan Xaverius (bas) mau pun Fajar Satrirama (drum) untuk tidak memunculkan dulu muka baru itu di hadapan publik. Sungguh pun setelah penampilannya yang buruk itu, tak sedikit tawaran manggung berdatangan. Tapi mereka menolak dengan absen alasan belum cukup mempunyai stok lagu.

 Jadi, ketika media menggunjingkan pertikaian antara Ekky dan ketiga temannya, mereka justru sibuk mengumpulkan lagu demi lagu, hingga cukup memadai untuk sebuah paket album. Dan sekaranglah saat yang tepat untuk memperkenalkan Ucok alias Heri Batara.

BEBAN MENTAL

 Ihwal Ucok memang belum dikenal luas oleh kalangan pecinta musik rock. Umurnya pun nggak ketahuan. Ia cuma mengatakan lahir di Jakarta 23 Juni. Tahunnya minta dirahasiakan. Takut pasaran jatuh 'kali. hihihi!

  Berasal dari keluarga Batak, ia adalah putra sulung lima bersaudara pasangan FM Siregar dengan Sri Heniwati. Dengan bobot 54 kg dan tinggi 165 senti, ia nampak kekar dan memang mendekati figur seorang rocker. Selain mendengar musik dan nonton TV, hobinya adalah jalan-jalan. Ia gemar mengenakan kemeja lengan panjang yang bermotif ramai.

  Wilayah semula hanya berputar dari sekolah ke sekolah, tanpa sempat mengibarkan bendera sendiri. Sampai kemudian Jimmy Doto, manajer Edane, memanggilnya. Semula ia menduga akan mendapat job manggung lagi. Maklum, bersama grup terakhirnya, Kraken, ia sering diminta tampil. Tapi kali ini dugaannya meleset dan ia setengah tak percaya ketika diminta untuk mengisi kekosongan vokalis di Edane.

  "Saya merasa percaya tak percaya, " ungkapnya lugu.

  Bagi pengagum Ia Gillan ini, bisa bergabung dengan Edane adalah suatu yang tak pernah terbayangkan. Ia sadar betul sebagai penyanyi rock namanya belum "bunyi".

Tetapi kemudian keraguannya buyar oleh sikap mereka yang sederhana, padahal dalam bayangannya ketika itu Edane sebuah kondang. Tentu para personelnya pun punya sikap dan persyaratan tertentu. Pokoknya, "Orangnya oke-oke. Meski nama Edane gede, tapi ... "

  Ucok tak sempat melanjutkan ucapannya karena Iwan dan Fajar yang duduk mengapitnya keburu cengar-cengir.

PERBEDAAN PAHAM

  Kepada HAI secara gamblang mereka menuturkan bahwa persoalan keluarnya Ekky tempo hari lebih dikarenakan ketidaksesuaian paham. Hal yang sebenarnya lumrah saja. Ide Ekky, kata mereka, seringkali tidak sinkron dengan kemauan mayoritas. Dan benturan-benturan yang semula hanya dianggap sebagai bagian dari dinamika itu akhirnya berkembang menjadi masalah. Dan rasanya mengganggu sekali (eh, kayak iklan aja!).

 Ketika perbedaan di antara mereka semakin menganga, mereka akhirnya memutuskan untuk mencari penyanyi baru. Dan Ucok itulah orangnya. Tapi, kenapa Eet berdiri di pihak Iwan dan Fajar? Bukankah Edane sendiri dari Eet dan Ekky?

  "Itu betul, "kata Eet. "Tapi pada prakteknya saya juga nggak bisa bekerja tanpa Iwan dan Fajar. "

  Toh, mereka mengaku potensi Ekky yang luar biasa. Bahkan ketika bertemu untuk pertama kalinya dalam Kharisma Indonesianya Ekki Soekarno, Eet sadar bahwa Ekky adalah vokalis rock Indonesia terbaik saat itu. Itu makanya, ia segera menyambut antusias gagasan untuk berduet.

 Sayang, situasi berkembang lain, Ekky memang hebat. Tapi, katanya, idenya juga sulit dijinakkan. Dan seperti yang kamu tahu, konflik tersebut berakhir dengan hengkangnya Ekky. Padahal Edane tengah merebut perhatian melalui debut albumnya, The Beast. Warna suaranya melengking begitu pas dengan kegarangan petikan gitar Eet.

Kini semua itu tinggal kenangan. Ia kembali bergabung dengan El Pamas dan baru saja menyelesaikan album baru. Bagaimana kelak dua kekuatan yang telah pecah itu menemukan bentuknya, amat menarik buat ditunggu.

  Maka tugas berat kini ada di pundak Ucok. Sebab publik terlanjur mengindetikkan Edane dengan sosok Ekky-Eet. Ucok sendiri bukannya cuek bebek. Ia mengaku punya beban mental menggantikan sosok yang menurutnya sudah kondang tersebut. Sementara itu, suasana studio rekaman adalah persoalan lain yang dihadapinya ketika pertama menggarap materi. Ia tak punya pengalaman tentang seluk-beluk studio.

  Untunglah yang dengan sabar membimbing tanpa mengiringinya ke arah bentuk-bentuk tertentu. Ucok hanya diberi pengarahan soal teknik. "How to sing ..." terang Eet, si gondrong kelahiran Bandung 03 Februari 1962 yang aslinya bernama Zahedi Riza Syahranie itu.

PERMAINAN MENGALIR

  Seperti album terdahulu, Edane tetap menampilkan kesan progresif pemilihan nadanya memperlihatkan perkembangan. Iwan Timbuleng Xaverius mampu tampil sendiri lewat satu ciptaannya, I.X.S.

  Postur tubuhnya paling kecil, tapi ia sendiri berasal dari keluarga besar. Ia anak ke 6 dari 9 bersaudara pasangan Adrian Oscar Timbuleng dengan Flora De Breuyn. Cita-citanya waktu kecil menjadi pilot pesawat tempur. Dialek Betawinya kental dan Iwan terlihat paling kocak di antara lain.

  Sedang pukulan Fajar Satritama diam-diam juga maju pesat. Ia mampu mengimbangi permainan Eet Syahranie melalui rentetan beat yang konstan. Kamu boleh memanggil mahasiswa FHUI ini dengan Japra. Dan ia merupakan kebalikan dari Iwan, alias anak tunggal dari pasangan A.G. Sardjono dengan W.M. Mamahit. Lahir di Jakarta 11 Juni 1970, tubuhnya terbilang jangkung buat ukuran orang Melayu: 179 senti dengan berat 62 kg. Jebolan grup Cynomadeus ini sempat pulas mendukung Arry Atlance Project.

  Tujuh dari dua belas lagu dalam Jabrik berlirik bahasa Inggris. Menurut mereka, penggunaan bahasa asing di situ bukanlah sekadar untuk gagah-gahan. Melainkan karena tuntutan karakter musiknya itu sendiri. Mereka mengaku selalu menemui kesulitan setiap kali memindahkan melodi yang telah dibuatnya ke dalam bahasa Indonesia. Tentu saja karena kedua bahasa tersebut memiliki karakter yang berbeda. Eet seringkali merasa kagum pada pemusik lain yang bisa menciptakan lagu rock berbahasa Indonesia dengan pas, tanpa terkesan dipaksakan. Ia menunjuk God Bless yang telah mampu melakukannya dengan bagus.

 "Saya sendiri merasa belum mampu, " ucap merendah.

  Tentang gaya Ucok yang menyanyikan lagu bahasa Indonesia dengan gaya keinggris-inggrisan, mereka lebih melihat kepada unsur universalnya. Kata Eet, "Rock ya, rock. Kita nggak melihat harus dibawakan dengan gaya Inggris atau Indonesia. "
  Keengganan terhadap segala aturan baku itu sudah tercermin sejak proses penciptaan lagu. Edane tak pernah mengarahkan musiknya untuk menjadi warna tertentu. Permainan mereka mengalir begitu saja. "Jadi, ya, seperti itulah ... " kata Eet lagi.

  Yang menarik disimak adalah kualitas hasil mixing-nya yang nyaris sempurna. Kabarnya, proses inilah yang paling memakan waktu. Hasilnya memang tak mengecewakan, meski diakui oleh mereka masih belum seperti apa yang diinginkan. Sekadar catatan, materi album Jabrik telah selesai sejak awal tahun.

  Ketika ditanya tentang penjajagan menembus ke luar Indonesia, serentak mereka mengatakan belum berfikir sejauh itu. Namun kalau toh kesempatan itu ada, mereka merasa sudah siap luar dalam. Ini senada dengan pernyataan Jimmy Doto, produser eksekutif yang telah terlihat sejak pembuatan album Edane yang pertama.

  Tapi untuk sementara, mereka masih akan konsentrasi di kandang sendiri. Karena masih keratnya izin pertunjukan untuk tempat terbuka merupakan kendala bagi mereka yang bermaksud mengadakan tur promosi. Itu sebabnya, Jimmy lantas mengincar daerah di luar pulau Jawa sebagai sasaran promosinya kelak.

  Jadi, bagi yang sudah penasaran ingin menyaksikan gebrakan Edane formasi baru itu, harap bersabar. Untuk sementara kamu bisa berhubungan dengan para personelnya melalui surat. Ini alamat mereka: Edane, Alamat: Jl. Batutulis XIII/17, Jakarta 10120. (dmr)

F
O
T
O
F
O
T
O
D
A
U
S

Sumber : Majalah HAI
HAI 44/XVII 9 November 1993
Sumber : Darul Fikri

Post a Comment

0 Comments