SELAMAT DATANG DI BLOG "IWAN FALS INFO" SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA PENGUNJUNG

Iwan Fals, Nyanyian di Tengah Kegelapan


[CeritaBuku]

Kalau anda suka karya Iwan Fals, kita sama. Tetapi, kalau anda tak mengerti mengapa kita suka karya Iwan, kita beda. 

Aku punya alasan untuk menyukai celoteh Iwan. 

Bukan pada kekhasan suaranya. Sebab, kalau soal suara, bagiku, suara orang lain hampir selalu lebih merdu dari suaraku. Bukan pula pada kecerdasannya memilih nada. Aku cenderung buta nada. Juga bukan pada keterampilannya memainkan gitar. Meski, sampai kini, aku merasa laki-laki yang piawai memainkan gitar itu lebih ganteng dan keren. 

Bagaimana dengan sosoknya?. 

Bukan. Sosoknya memang istimewa. Penyanyi sekaligus penyair ini lahir dari keluarga tentara di masa rezim tentara berkuasa, punya pendidikan keagamaan yang kuat - bahkan Iwan kecil adalah juara lomba adzan tingkat DKI dan sempat belajar ke Jeddah meski cuma dalam hitungan bulan saja -, lalu memilih hidup di 'jalanan', menikah di usia muda, sempat rekaman tetapi harus terus mengamen, sempat menjadi 'musuh' Orde Baru, lalu dengan tekun dan berani membangun citra dirinya sebagai seorang maestro musik di Indonesia. Memang istimewa. Tetapi bukan itu alasanku. 

Bagaimana dengan kepintarannya memetik inspirasi?. 

Memang keren. Iwan seperti mudah saja memetik inspirasi dari banyak peristiwa. Hampir semua tangis, marah, benci, dan duka yang menghias sejarah bangsa ini diolahnya menjadi lagu. Iwan memang istimewa soal ini. Tetapi bukan ini alasanku. 

Seperti ditulis di buku ini, karya Iwan terasa layak disuka karena Iwan melakukan 3 (tiga) dalam berkarya. Pertama; ekspresi. Iwan berani mengekspresikan hasil pemikiran dan perenungannya tentang banyak hal dengan caranya. Kedua; komunikasi. Dalam semua karyanya, Iwan mengkomunikasikan sesuatu kepada publik, bukan memendamnya. Ketiga; refleksi. Iwan merefleksikan (mungkin) semua hal yang Iwan alami, ketahui, atau rasai. Iwan seperti tak peduli apakah caranya merefleksikan diri itu akan disebut sama atau akan disebut beda oleh publik. 

Laki-laki yang reflektif, lalu berani mengekspresikan perspektifnya, mencoba mengkomunikasikannya pada publik, dan melakukan semuanya itu dengan cara yang indah adalah laki-laki yang keren. Dan Iwan salah satunya saja. 

Semua laki-laki bisa, kalau kita mau. Dari mana memulainya?. Seperti yang berulang aku tulis, kita bisa memulai dari kesadaran bahwa mungkin kita belum terlalu banyak kehilangan kebenaran, tetapi sudah terlalu banyak kehilangan keindahan. 

Semua laki-laki bisa, meski tak semua harus jadi Iwan dan seistimewa Iwan. 

Jangan goyah percayalah teman/perang itu melawan diri sendiri/selamat datang kemerdekaan/kalau kita mampu menahan diri.
(Dendam Damai - Iwan Fals) 

Penulis : Eko Novianto
Bantul, 30 Desember 2020.

Post a Comment

0 Comments