SUCKER HEAD LAHIR DARI KOREK API
Lewat debut albumnya mereka mengetengahkan thrash, justru di saat musik ini mulai surut. Tapi tekadnya sudah bulat tuh.
Pernah tahu korek api dengan bungkus warna kuning Jongko Pings Vulkan Swedia? Di situ tergambar empat keping mata logam, bertuliskan Sakerthets Tandsticktor warna dengan tinta hitam? Nah, tulisan Sakerhets ini rupanya bikin menarik perhatian tiga anak muda: Krisna, Nano, dan Irvan.
"Kayaknya enak dibaca. Kalo diInggriskan kira-kira jadi Sucker Head," papar Krisna, waktu main ke HAI bareng teman-temannya.
Keisengan ini akhirnya malah makin memantapkan nama itu hingga kini. Sejak semula ketiganya memang sudah mengikrarkan diri bakal mengusung musik keras. Lantas thrash jadi pilihan. Tak ayal mereka lantas kerap mencomot lambang-lambang milik Sepultura, Slayer, Kreator, dan Exodus.
Sayang, usia Sucker nggak bertahan lama. Belakangan Irvan berkibar di bawah bendera Rotor bareng Jody Gondokusumo (mantan suami Ayu Azhari). Masuknya Untung, cukup mengatasi masalah. Lebih-lebih hari telah mengokohkan dirinya dengan musik sejenis. Berarti tak ada masalah lagi.
Sucker Head sendiri barangkali termasuk salah satu band yang tumbuh dan berakar dari panggung. Maklum pada saat itu agaknya thrash meluncur deras di kalangan pemusik panggung
Penampilan secara live mungkin salah hal satu yang membikin band ini jadi menarik. "Kris pasti ada di depan, diikuti kami berdua." Cerita Untung sembari mengibaskan rambut gondrongnya. Badan Kris yang tinggi gede memang bisa dijadikan "gacoan." Apa lagi soal vokalnya yang berat. Cara mereka membuat block-ing sepintas mirip Metallica.
PENGGEMAR BERAT
Penggemar Sucker Head pun makin meluber. Diantara ratusan atau bahkan ribuan penggemarnya itu tersembul seorang anak muda. Robin Hutagaol. Dia nih, cukup menguasai instrumen drum. Ceritanya bak sebuah buku novel. Robin gemar berat sama penampilan Sucker Head. Sesekali ia main dalam band yang berbeda. Usut punya usut. Untung, Nano, dan Kris rupanya bertugas pula menjadi pencari bakat, selain main band.
Ketahuan deh, Robin punya power kuat menggebuk drum, dan selera thrash-nya lumayan tinggi. Mahasiswa ekonomi ini lantas dicomot untuk memperkuat barisan grup yang bermarkas di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan itu. Jadilah formasi seperti sekarang ini.
"Ini termasuk formasi Sucker terbaru, " jelas Kris. Rasanya tentu makin mantap. Kemantapan itu lantas mereka tuangkan dalam sebuah proyek rekaman. "Sudah kami patok sejak tahun 1989, sejak pertama kali mereka nge-band, "tambah Krisna. Selama lima tahun Krisna dkk lantas mencari bentuk.
Mereka belajar dari grup-grup panggung. Banyak yang membuktikan bahwa mereka hebat memainkan tembang milik orang lain. Namun begitu diadeping dengan sebuah proses rekaman akhirnya banyak yang luntur. "Mereka ketakutan musiknya bakal nggak laku. Nah, kami coba membuktikan nggak harus begitu. Bagaimanapun tetap akan laku, tentu dengan memilih salah satu segmen." Ujar Untung panjang lebar.
Meski diakui, musik mereka pun dalam hal lain mau nggak mau harus melirik selera masa kini. Semisal pada tembang Night Racer yang lebih mendekati ke grunge. Atau satu tembang berlirik Indonesia. Mario Budak Industri yang menurut Krisna jauh lebih dekat ke telinga anak muda.
Namun secara keseluruhan, terasa hembusan nafas Sepultura. Tersisip nyata dari awal sampai akhir. Itu barangkali contoh sebuah panutan yang akhirnya menjadi trade mark banyak band dalam negeri.
Menanggapi jumlah penonton yang memadati tiap kali pertunjukan Sucker Head, Krisna angkat bicara, "Jumlah rata-ratanya entah berapa, tapi yang pasti tiap kali kami tampil lapangan penuh aja. "
Peluang itulah yang sengaja dimanfaatkan Krisna cs. Dan, tak ada keraguan untuk masuk ke dapur rekaman. Mereka pun sadar bila kasetnya bakal laku di tangan pencinta thrash. Mereka lantas mengemas dalam titel Head Sucker. Entah kenapa, mungkin sekadar membolak-balik nama grup, tapi yang jelas lebih sesuai dengan grammar-nya.
Dalam proses rekaman mungkin Sucker Head termasuk salah satu grup yang bekerja cepat. Bayangkan, dalam waktu cuma tiga bulan, album perdana ini selesai, nyaris tanpa menemui banyak hambatan. Padahal waktu pertama kali masuk dapur rekaman, mereka hanya punya satu lagu.
"Lagu-lagu lainnya kami buat bersamaan dengan proses rekaman, " kisah Krisna, Dan, jreng Sepuluh tembang sukses mereka bikin.
MEMADUKAN PIKIRAN
Bagi mereka, saat ini mungkin sudah bukan waktunya lagi buat mempelajari instrumen. Maklumlah dua personelnya, Krisna dan Robin, pernah kursus musik. Tentu ini sangat membantu kedua sohibnya. Kalaupun untuk menambah variasi permainan, itu bisa dilakukan sambil jalan.
Saya sadar, saya udah bukan waktunya lagi untuk mengejar teknik bermain gitar, " ujar Untung. Sekarang dan seterusnya ia akan lebih konsen dalam membuat lagu. "Terus terang itu agak lebih sulit, "tambahnya lagi.
Memang untuk mengetahui secara jelas apakah thrash yang dibikin pemusik kita bisa laku jika disajikan dalam bentuk kaset, kita belum tahu pasti. Tapi yang lebih penting adalah bahwa konsep masing-masing muncul dari keragaman yang lantas menyatu. "Terus terang pertama kali dulu kami sulit untuk memadukan pikiran, dan itu yang membuat kami pecah, " ingat Nano mengungkap salah satu alasan bubarnya formasi pertama. Berangkat dari pengalaman itu, mereka akhirnya menempatkan semangat kebersamaan di atas segalanya. Setidaknya itu bisa mereka buktikan dalam hal penulis lagu.
"Dulu untuk membuat lagu aja perbedaan diantara kami begitu besar, " lanjut Krisna Kini,. segalanya jadi serba lancar. Kalaupun ada yang kurang setuju, mereka pun sepakat untuk membahas Ada keterbukaan, dan semua bebas mengemukakan ide.
Itu juga terlihat saat mereka menetapkan bakal membagi fifty-fifty untuk lirik bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Akhirnya, lantaran cuma bisa membuahkan mayoritas bahasa Inggris, semuanya pun lantas menganggguk setuju.
Selain menawarkan lirik Sucker Head juga mencoba menawarkan alternatif musik kebalikan rap. "Kalau rap kita tahu, musiknya ringan tapi lirik berat. Nah, belum ada orang yang mencoba membuat kebalikannya. Musiknya berat, liriknya ringan, " sebut Untung.
Dan, benar saja kebanyakan dari tembang mereka meluncur dengan musik bertemperamen berat dengan tema dan syair yang mudah, Nggak percaya? Simak aja rekaman mereka! (andra)
FOTO-FOTO; SUTE
Sumber : Majalah HAI
HAI 9/XIX 28 Februari 1995
Kutipan : Darul Fikri
0 Comments