Minus drum, band asal Surabaya ini menapaki jalur "maut" di Nanggroe Aceh Darussalam. Dua kota konflik pun didatangi. Malah, daerah paling "hitam" dihutan Aceh ikut dirambahi. Ryo dari Hai
Di ruang monitor yang ada di depan panggung berukuran 9 x 15 meter yang dibangun di atas lapangan Hiraq yang ada di pusat kota Lhokseumawe, Dhani Ahmad berdiri dengan gaya khasnya. Sambil melipat tangan didada. Si Jenggot yang hari itu pake kaos loreng lengkap dengan celana militer arahan pada Edot, mantan keyboardis Powerslaves, yang kebagian tugas jadi operator.
“Kayaknya outputnya belum seimbang. Aku mau soundnya kedengaran maksimal. Soalnya penonton yang datang kayaknya bakalan banyak, ” tegas Dhani.
Sempet tuker pikiran sebentar. Dhani melangkahkan kakinya ke arah panggung dan berhenti cuma beberapa meter di depannya. Sambil memejamkan mata, Dhani mendengarkan lagu Pupus yang tengah dimainkan Once.
Andra dan barisan additional yang terdiri dari Yuke (bas), Tepi (gitar), Bimo (drum), dan Fari (vokal latar) di atas panggung.
Lho, Tyo kemana?
Jack, drummer ganteng itu emang nggak keliatan di atas panggung. Malah, sama sekali menghilang dari rombongan Dewa.
Sempet konsentrasi sebentar, Dhani terlihat puas di atas ngedengerin output yang terdengar. Ia lantas mengangkat jempol tangannya ke arah Edot dan berjalan ke atas panggung untuk bergabung dengan pasukannya yang lagi asik ngelakuin check sound.
Kelar mainin beberapa lagu, Dhani cs pun kembali ke penginapan. Diantar oleh 7 orang anggota TNI, rombongan yang terdiri dari 14 orang itu sampai di Wisma Nilawangsa yang ada di bilangan Jl. Iskandar Muda untuk beristirahat.
Lima jam kemudian, tepatnya pukul 20.30 malam, Dewa naik panggung. Persis seperti yang udah diprediksikan Dhani, banyak banget penonton yang hadir di lapangan yang terletak di seberang kantor DPRD Lhokseumawe itu.
Pas Sayap-sayap Patah yang jadi lagu pembuka dimainin, para penonton langsung berteriak histeris. Nggak henti-hentinya mereka memanggil-manggil nama Once, Dhani, Andra dan Yuke. Selain personel Dewa, hal ini jelas disebabkan oleh sound yang terdengar bening dan menggelar. Untung cheksound dilakukan maksimal. Kalo nggak, bisa-bisa pamor Dewa jatuh di depan 10 rb penonton yang hadir malam itu.
Ngeliat gelagat penonton yang beneran asik, lupa rasanya kalo sakit, itu kami lagi berada di Aceh, daerah yang 'kabarnya' amat 'rawan'. Nggak ada tuh cerita penonton ribut akibat berdesak-desakan. Dengan toleransi tinggi, penonton meluapkan kegembiraannya sambil bergoyang dan bernyanyi bareng Once. Suasananya persis kayak konser di daerah Langsa, yang digelar 2 hari sebelumnya.
Apesnya, pas penonton lagi asik nikmatin pertunjukan, turun hujan deras yang disertai angin kencang. Saking kencangnya tuh angin, sampai-sampai area panggung basah kuyup.
Hebatnya, stamina penonton. Nggak ada satu pun penonton yang lari pulang karena takut hujan. Meski harus basah kuyup, mereka tetap bergoyang penuh semangat.
Ngeliat kondisi penonton yang asik, Once vs. Ikutan asik. Sambil basah-basahan, mereka terus menyanyikan deretan lagu andalan dengan penuh semangat. Songlist yang udah dibuat nggak lagi diperhatikan. Dewa malah terlihat enjoy mainin beberapa lagu dari album lama yang jarang dibawakan 3 tahun belakangan (ini nggak direncanain bakal dibawain sebelumnya. RED.). Hasilnya, deretan lagu yang mereka mainkan beneran mengalir dan lebih terasa datang dari hati. Sumpah coy, ini boleh disebut sebagai salah satu konser terbaik Dewa!
***
Nanggroe Aceh Darussalam, atau yang dulu dikenal dengan Daerah Istimewa Aceh, belakangan memang sering jadi head line di koran dan TV. Apalagi semenjak Darurat Militer diberlakukan di sana. Setiap harinya, selalu saja ada kabar seputar bentrokan pasukan TNI dan pemberontak separatis GAM di berbagai penjuru Aceh. Sepintas, keadaan di provinsi yang terletak di bagian utara pulau Sumatera itu sama sekali nggak aman.
Ngeliat kondisi ini, apa sih sebenarnya yang dicari Dewa dalam lawatan konsernya ke Aceh ini?
“Kedatangan Dewa ke Aceh, sebenarnya didasari keinginan menghibur. Gue sadar, saat ini tentara dan masyarakat Aceh yang selama ini terus-terusan dilanda teror jarang banget bisa dapat hiburan. Makanya lewat beberapa pihak yang berkepentingan, gue coba sounding untuk main di sini, ” bilang Dhani, sesaat selepas konser di Lhokseumawe kelar.
“Ternyata niat kami disambut baik oleh Panglima Komando Operasi Militer (Pangkoops) TNI (Mayjen TNI Bambang Dharmono, RED). Beliau punya visi yang sama dengan kami. Malah, ia menyarankan agar kami menggelar konser di Langsa dan Lhokseumawe, 2 kota yang selama ini dikenal sebagai basis GAM. Demi kelancaran konser itu, beliau berani menjamin keamanan kami selama berada di sini, tambah Andra yang selama berada di Aceh nggak pernah lepas dari HP andalannya, SMS-an terus jack!
Wah..wah..wah, apa nggak takut tuh?
“Jujur, awalnya sih sempet ragu juga. Tapi, begitu Pangkoops bilang kalo situasi di Aceh udah kondusif dan aman, kami nekad berangkat Toh niatnya baik, kenapa juga harus takut, ” bilang Once, yang selama di Aceh nggak pernah lepas dari buku biografi Soekarno yang didapatkan dari salah seorang fans.
Kenyataannya?
Aceh memang aman. Sampai konser di Lhokseumawe kelar digelar, nggak ada tuh satu pun masalah yang menimpa rombongan Dewa. Yang ada, banyak penduduk Aceh yang mengaku terhibur sama penampilan Dewa di Langsa dan Lhokseumawe. So, keputusan yang dibuat Dhani, Andra dan Once main di Aceh amatlah tepat.
***
Selain menggelar konser, banyak kegiatan lain yang dilakukan Dewa di Aceh. Salah satunya, melakukan pawai keliling kota Lhokseumawe dan Langsa beberapa jam sebelum konser berlangsung.
Nggak kayak pawai di kota lain, rombongan Dewa diarak di atas panser dan didukung pengawalan yang amat ketat. “Jadi berasa kayak Tour of Duty nih! ” celetuk Once dengan wajah merah terbakar matahari. Maklum jack, pawai di Lhokseumawe berlangsung lumayan lama 76 menit. Wajar kalo kulit cowok Binyo ini merah terbakar matahari.
Apa yang dibilang Once nggak salah! Selain berpawai di atas panser, Once cs, juga sempet dapet latihan khusus militer lainnya. Misalnya, turun dari tali ala pasukan penerjun Paskhas. Latihan yang digelar di Dusun Klungkukuk itu lumayan bikin hati Dhani berdebar kencang. Abis, nih cowok punya alergi sama yang namanya ketinggian.
Untungnya, setelah dibujuk lumayan lama, Dhani mau juga nyoba turun dari tali. Begitu sukses dengan selamat, nih cowok malah ketagihan. Bahkan, ia sempat meminta pilot Bell 205 Al, heli yang membawa rombongan Dewa, untuk terbang lebih tinggi. Maksudnya sih biar turun dari talinya bisa lebih jauh dari tanah. Dasar!
Tapi, dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan Dewa di Aceh, ada satu hal yang nggak mungkin terlupakan oleh Dewa. Dalam perjalanan dari Langsa ke Lhokseumawe. Pangkoops TNI, Mayjen TNI Bambang Dharmono sempet mengajak Andra. Dhani, Once dan Hai mampir ke Desa Lancuk, yang ada di Kecamatan Sawang.
Menumpang heli Bell 421, yang dikenal sebagai utility helicopter, dan Puma, rombongan mendarat di helipad darurat yang dibangun nggak jauh dari desa yang terletak di tengah hutan itu.
Sesampainya di sana, Pangkoops menerangkan kalo desa itu dulunya adalah markas pemberontak separatis GAM yang berhasil direbut dan dibersihkan oleh TNI.
Dari warga desa yang ikut menyambut Dewa, Hai tau kalo kondisi desa itu lumayan membaik setelah dibebaskan dari cengkeraman GAM. Hanya saja, ada beberapa sarana yang rusak dan harus diperbaiki. Beberapa di antaranya adalah kantor pemerintahan dan sekolah yang hancur dibakar GAM.
Melihat kondisi yang cukup menyedihkan ini, Dewa tergerak untuk memberikan beasiswa pada 30 siswa SD yang ada di wilayah itu. Lumayan lama jack, 3 tahun penuh. Di situ, Once juga ngeluangin waktu nyanyiin lagu Cintailah Cinta dengan iringan tepuk tangan Dhani dan Andra (abis, mereka lagi nggak bawa alat sih). Seru, sekaligus menyentuh banget. Kebayang dong, gimana ekspresi wajah-wajah temen kita di pelosok hutan sana yang notabene jarang dapet hiburan, pas ngeliat sekaligus bisa nyanyi bareng idola mereka?
Sepulang dari Desa Lancuk, Dhani nggak habis-habisnya ngomongin kondisi Aceh yang dinilai udah beneran kondusif.
"Gue nggak nyangka kalo Aceh udah segini aman aman. Mudah-mudahan kesuksesan konser Dewa di sini bisa ngebuktiin kalo Aceh udah beneran kondusif. Dengan begitu, nggak ada lagi yang ngerasa parno dateng ke Aceh. Terutama band-band lain. Siapa tau, makin banyak hiburan yang datang, bisa bikin Aceh makin aman, ” bilang si Jenggot tulus. Amieeen! (ryo)
Kutipan : Darul Fikri
Sumber : Majalah HAI
HAI 40/XXVII/06 Oktober 2003
Halaman : 26 s/d 28
0 Comments