Waktu kelas 2 SMP (medio '93), saya meminjam album "Celoteh-Celoteh" @iwanfals dan itu mengubah hidup saya.
Memang, itu bukan perkenalan pertama kali saya dengan Iwan Fals, karena waktu SD sudah tahu sosok Iwan Fals dan beberapa lagunya, tapi baru kelas 2 SMP itulah saya benar-benar menyimak dengan serius.
Kompilasi 20 lagu-lagu Iwan Fals ini dibuka dengan "Nak" yang menghentak benak. Liriknya soal nasehat seorang bapak kepada anaknya, tapi bukannya menasehati supaya jadi anak baik, sang bapak malah menasehati anaknya supaya "sekolahlah biasa saja, jangan pintar-pintar percuma."
Lalu ada "Tolong Dengar Tuhan," yang dibuka dengan lirik, "Hey, Tuhan." Sungguh lancang sekali, pikir saya. Apalagi ada lirik "Bukankah Kau Maha Tahu, Pengasih Penyayang, tapi kenapa selalu saja itu hanya cerita?"
Buat remaja yang setahun sebelumnya yakin bahwa musik itu haram, lirik begitu sungguh mengguncang batin.
Kompilasi ini dibuat dengan baik. Sampul dan playlist nya satu nafas. Ada jiwa pemberontakan yang begitu kuat di sana. Semua lagu di sini, nakal sekali. Ada soal remaja yang bergairah melihat gurunya. Soal wakil rakyat yang tidur di sidang rakyat. Soal sarjana yang skripsinya beli. Soal pembalakan liar. Soal rumah sakit yang pilih kasih. Soal anak pelacur. Soal tentara yang gajinya kecil. Soal bercinta adalah obat awet muda.
Ah, sungguh tema-tema yang buat saya remaja adalah masih terdengar tabu. Dan semua itu dikemas dengan musik pop dengan pengaruh country yang catchy dan menyenangkan didengar.
Album milik teman saya itu, saya putar setiap hari. Bangun tidur dan sebelum tidur, dua bulan lebih hingga pitanya putus. Dan baru ketika pitanya putus, saya kembalikan. Tentu saja setelah pitanya disambung dengan selotip.
Setelah dikembalikan, saya pinjam album yang lain dari teman saya itu. Dan baru saya kembalikan lagi, setelah pitanya putus. 😅 Saya baru membeli album itu buat diri sendiri setahun kemudian. Atau setelah lulus SMP ya?.
Saking berpengaruhnya album ini, ketika saya punya blog dan pernah punya kolom di Media Indonesia pada tahun berapa aah saya lupa, saya namai blog dan kolom itu "Celoteh Soleh."
Penulis/foto: Soleh Solihun
0 Comments