"Hari ini kita rayakan Mas Iwan konser lagi di Jakarta!" teriak Piyu, gitaris Padi saat mereka konser bareng Iwan Fals, Mei lalu di JHCC dengan tajuk konser "Satu Hati, Satu Rasa". Padi malam itu juga menyanyikan lagu Iwan, seperti ingin menunjukan tribute kepada legenda yang wajahnya muncul di sampul majalah Time Asia, 29 April 2002 dengan judul merangsang; Asian Heroes.
Jauh sebelum Yayasan Indonesia (organisasi fans Iwan Fals) terbentuk, wajah ayah almarhum Galang Rambu Anarki ini sudah menjadi graffiti di tembok-tembok kampung.
Lagunya menjadin wajib anak-anak gang di pelosok Nusantara saat nongkrong. Pria kelahiran 3 September 1961 ini seperti jadi Hero anak muda.
Iwan didengar karena liriknya jujur dan berani. Sejak 1978 penyanyi yang lahir dengan nama Virgiawan Listanto ini sudah bicara tentang gaji guru yang dikebiri, atau wakil rakyat yang tidur sambil bersafari. Fotonya pun muncul saat kampanye Pemilu jaman Orde Baru. "Nasionalisme gue bangkit kalou dengar dia, "ujar Bimbim, pentolan Slank. Simak aja lirik Iwan yang ini; Garuda bukan burung perkutut, sang saka bukan sandang pembalut, dan Pancasila bukan rumus kode buntut.
Tapi Iwan juga fasih melantunkan lirik cinta Yang tidak membuat anak pendaki gunung atau preman malu menyanyikannya. Sebab tak berbunga-bunga. Tidak gombal. Ingat "Kemesraan" yang jadi lagu wajib di setiap akhir pertemuan sekitar 10 tahun lalu ?
Maka tak heran ketika konser dikunci dengan lagu Nasional "Satu Nusa Satu Bangsa", bahkan grup sebesar Padi pun hanya ada satu dewa di lanskap musik negeri ini. Tak lebih.- Salman Aristo
Kutipan : Yunasjen
Sumber Majalah Trax tahun 2002
===========================================
Artikel ini diambil dari majalah/koran kemudian telah di ketik ulang dan di re-upload, dan ini hanya sekedar membagi wawasan agar dapat membacanya kembali, khususnya kepada penggemar Iwan Fals. Semoga bermanfaat
0 Comments