Virgiawan Listanto lebih dengan Iwan Fals boleh dikatakan adalah pencipta lagu dan sekaligus menciptakannya, yang berada di tingkat tertinggi papan atas industri musik di negeri ini.
Tentu yang paling menonjol sepanjang karir Iwan Fals adalah liriknya. Seperti kata Herry Roesli (Kompas, 22 April 1990), Iwan bercerita tentang kenyataan, yang oleh umumnya pencipta lagu pop kita jarang disinggung.
Betapa pun pahitnya kenyataan itu, mengalir dengan jernih dalam hampir setiap lagunya. Oemar Bakri misalnya, menjadi sebutan bagi guru-guru yang gajinya sering terlambat. Kutu-kutu di sayap Garuda. Kalo mau jujur, memang masih terasa gangguannya.
Dalam Swami, Iwan jujur sekaligus gelisah. Cikal bakal terbentuknya Swami adalah gagalnya Iwan tour shor di lima kota Sumatera awal tahun lalu. Keluh kesah Iwan yang ditampung Naniek dan Sawung Jabo, melahirkan lagu-lagu seperti Bento, Bongkar, Badut, Condet, Bunga Trotoar, Esek esek udug udug, Perjalanan waktu, Cinta, dan Oh ya.
Boleh jadi Iwan asbun, teristimewa adalah Swami (Editor, 28 April 1990). Yang dimaksudkan adalah Iwan dalam lirik lagunya. Sebenarnya untuk backing vokalnya Swami yang berubah di jadikanlah jelas kurang impresif. Terlalu banyak pribadi yang ingin diwakili, sehingga terkesan tidak utuh.
Memang sebagi sebuah group baru, Swami sekarang paling digemari. Kasetnya yang abru diedarkan kurang lebih satu bulan, terjual lebih dari 100.000 ribu buah.
Pertunjukan di Yogyakarta (tanggal 30 Maret 1990), Salatiga (14 April 1990) dan Semarang (22 April 1990) sarat didatangi penonton. Dan kehadiran Swami di Surabaya tanggal 5 Mei 1990, tentu akan lebih rami lagi. Musik jualan yang sering melanggar kaidah-kaidah musik, justru sering "meledak", kata lain kata laris.
Tapi Iwan lain. Dia memukau karena liriknya. Permainannya dalam kata-kata diakui bisa tampil secara ekspresif. Kemampuannya mengundang massa, hanya bisa ditandingi Rhoma Irama, Leo Kristi, Achmad Albar, Gito atau Broery Pesolima barangkali baru masuk papan tengah.
Membandingkan musik Swami dan Mata Dewa, rasanya kurang pada tempatnya. Karena mata dewa dibungkus dengan musik yang dikerjakan rapi. Vokal Iwan pun ikut tampil lebih baik.
Namun kehadiran sosok Iwan menentukan. Dengan menyandang sebuah gitar, tampil sendirian pun Iwan tetap adalah Iwan Fals. Barangkali tanpa musik sekali pun, Iwan Fals tetap akan diterima.
Kualitas vokalnya prima. Dia sanggup menyanyi selama kurang lebih dua jam, tanpa kehilangan kontrol. Dalam usianya yang menjelang 30 sekarang ini (lahir tanggal 3 September 1961), dia tetap masih fit dan agaknya masih panjang waktunya terus berekspresi dengan lirik dan lagunya.
Dengan vokal dan kemampuannya mencipta lagu seperti sekarang ini tidak salah pendapat Ian Antono (Editor, 28 April 1990) bahwa Iwan hanya untuk menjadi artis bertaraf internasional.
Sayangnya, sebagimana umumnya penyanyi dan pencipta lagu pop kita, Iwan Fals kurang disiplin. Atau barangkali bisa dikatakan kurang profesional. Dalam hal ini, yang amat populer disini lewat lagu Isabella, Iwan Belum apa-apa.
Bukan hanya Ian Antono Yang berharap Iwan bisa tampil sebagai penyanyi kita yang handal di dunia internasional, mungkin lebih banyak orang lagi. Dengan bendera PT AIRO Swadaya Stupa, rasanya harapan itu tidak mustahil untuk terwujud.
Apalagi setelah Swami, pada tanggal 23 Juli 1990 nanti Iwan akan tampil bersama Setiawan Djodi dan Yockey Soeryoprayogo dalam rekaman dan pertunjukan Kantata Takwa. Jika Swami bertutur secara horisontal, Kantata Takwa vertikal. Lirik lagunya lebih "halus" dan musiknya ditata dengan bagus.
Langkah Iwan ke arena Internasional agaknya bukan lagi sebuah cita-cita. Kantata Takwa juga akan juga diedarkan dalam bentuk lsser disc, audio mau pun video. Rekaman itu pun di rencanakan disiarkan di MTV, siaran tv kabel Amerika Serikat yang melulu berisi musik.
Setiawan Djodi, bos PT AIRO Swadaya Stupa, sudah memasarkan film Tjoet Nja' Dhien di mancanegara, sehingga bukan masalah baginya juga memasarkan Iwan. Tentu saja Iwan harus membenahi diri lebih lanjut, misalnya bersikap profesionalisme.
Lebih halnya jika Iwan tidak keberatan tetap berjejer dengan artis pencipta lagu dan penyanyi kita yang maunya dibayar mahal, tapi tidak pernah bersikap lain kecuali amatir. (Theo)
Sumber : Koran Surya diterbitan April 1990
Kutipan : Yunasjen
==============================
Artikel ini diambil dari majalah/koran kemudian telah di ketik ulang dan di re-upload, dan ini hanya sekedar membagi wawasan agar dapat membacanya kembali, khususnya kepada penggemar Iwan Fals. Semoga bermanfaat.
Haturnuhun
0 Comments