12 Mei 2020
Jejak mBah Coco Sebelum Dilupakan – Jilid 34
JADI SAKSI - SOFYAN ALI MELAWAN “MAFIA GLODOK”
Awalnya, Sofyan Ali, menurut versi mBah Coco sedang naik daun sebagai promotor yang mendatangkan artis-artis papan atas seperti Miami Sound Machine dengan penyanyinya Gloria Estefan. Kemudian dilanjutkan mendatangkan Tita Turner, Level 42, Julio Iglasies dan juga Stevie Wonder serta masih banyak lagi penyanyi dunia datang ke Jakarta..
Sebagai jurnalis, mBah Coco menawarkan gagasan dan menantang Sofyan Ali agar berani masuk ke industri musik Indonesia, sekaligus memberi kesempatan kepada musisi atgau penyanyi Indonesia untuk bisa go-international. Maklum, saat itu Sofyan Ali sudah sangat disegani masuk dalam industri musik, di pusat musik dunia di Los Angeles, sebagai salah satu promotor berbakat.
Apa jawabnya Sofyan Ali, "Gue nggak kenal musisi dan penyanyi Indonesia," tegasnya. mBah Coco dan Mimi Alqamar menawarkan bahwa ada penyanyi yang sudah melejit di republik ini. Namun, sering tertindas saat ingin menggelar konser. "Siapa dia," tanya Sofyan Ali. Trus dijawab mBah Coco, namanya Iwan Fals.
Salah satu gaya dan karakter Sofyan Ali, melihat musisi dan penyanyi di Indonesia adalah sering tidak konsisten dan sulit diajak profesional. "Iwan mau nurut nggak kalau diajak profesional," tanya Sofyan Ali. Dijawab mBah Coco, seharusnya siapa saja, bisa dan siap diajak nurut, kalau dikasih inspirasi, dikasih contoh-contoh, bagaimana musisi di luar negeri saat mengelola manajemen dengan cara-cara profesional.
'Okey, kalau gitu besok bawa ke kantor," tukas Sofyan Ali. Dalam pertemuan Sofyan Ali dan Iwan Fals, akhirnya sepakat menggarap album. Dan, Sofyan Ali juga menantang Iwan Fals untuk mendistribusikan albumnya dengan gaya dan karakter Sofyan Ali, yaitu 'melawan' industri musik dengan atmosfir 'Glodok' (maklum, saat itu semua hasil rekaman album apa saja, wajib disalurkan ke Glodok, tanpa lewat Glodok, album dijamin jeblok alias tak laku).
Entah direstui atau memang bisa diajak kompromi. Iwan Fals yang terikat kontrak dengan Musica Record, bisa dapat ijin resmi. Untuk membuat album diluar Musica. Melainkan dengan AIRO Record, milik Sofyan Ali. mBah Coco karena hanya “hit and run”, maka tugas itu, menjadi milik Azmy Imaduddin Alqamar.
Kebetulan, Mimi panggilan akrabnya, keluar sebagai jurnalis, sudah bareng bekerja bersama Sofyan Ali, di AIRO Record, yang berkantor di Center Point, Jl. Gatot Subroto, Jakarta. Dari informasi yang didapat mBah Coco saat itu, Iwan Fals dikontrak AIRO Record, untuk album “Mata Dewa” nilainya Rp 150 juta, menjelang akhir 1987.
Ada peristiwa dalam industri musik saat itu. Sofyan Ali membangun image, agar musisi dan penyanyi nikmati hasil karyanya. yaitu mendapat royalti, dari setiap menjualan kaset lewat "indie". Dan, bisa dibayangkan, jika dalam satu tahun, terjual 1 jual kaset, di mana Iwan Fals mendapatkan 25% dari hasil penjualan kaset. Hitung sendiri ye !!!
Setelah tiga bulan rekaman, akhirnya pertengahan Mei 1988 album 'MATA DEWA" digelontorkan ke pasar tanpa melalui 'Mafia Glodok'. Kondisi saat itu, sebenarnya di dalam tubuh AIRO sepertinya menurut analisis mBah Coco antara ada ketegangan dan kegembiraan. Tegang, karena siap melawan industri pasar “Mafia Glodok” dalam distribusikan kaset. Sedangkan lahir kegembiraan, karena album ini akhirnya siap beredar, di launching dan siap melakukan konser, dengan nama “Tour 100 Kota Iwan Fals”.
Tanggal 31 Mei 1989, Sofyan Ali sebagai promotor dengan merk AIRO Record, me-launching album “Mata Dewa” sebagai album ke-19, dari sosok musisi bernama Virgiawan Listanto alias Iwan Fals alias Pak Tanto. Lokasinya, tidak tanggung-tanggung - yaitu Parkir Timur Senayan yang dilakukan secara gratis. Sofyan Ali, hanya beruntung, dapat duwit dari hasil penjualan kaset di TKP.
Saat itu, personil Iwan Fals untuk mengiringi musiknya semuanya dari personil rekan-rekan Iwan Fals, selama di Musica Studio. Jerry Soedianto (gitaris). Heirrie Buchaery (bas), juga Bagoes AA (piano). Tapi, ada Ian Antono, arranger "Mata Dewa”. Mereka, juga akan mengiringi Nicky Astria dan Ikang Fauzi, sebagai penyanyi pembuka. Menurut Sofyan Ali, para penyanyi lainnya, akan menjadi bagian dari 'Tour 100 Kota Iwan Fals”. Nantinya, band pengiringnya Grass Rock, ditambah Ian Antono.
Hanya saja, sepertinya tanda-tanda kegagalan konser 'Tour 100 Kota Iwan Fals” sebetulnya sudah dimulai dari Jakarta, saat konser di Parkir Timur Senayan. Penggemar Iwan Fals, sudah menyuruh Nicky Astria segera bubar. Baru nyanyi dua lagu, sudah diteriakin. Nicky nggak kuat menahan gempuran suporter Pak Tanto. Akhirnya, keluar dari panggung.
Suporter Iwan Fals yang berjumlah 100 ribu memenuhi Parkir Timur Senayan, juga tak mampu direndam oleh promotor Sofyan Ali, yang naik ke atas panggung. Kebetulan, mBah Coco sejak awal, ada di atas panggung, bareng Ipong Witono, merasa was-was dan kuatir berat. Jika, sekaliber Sofyan Ali saja, tak mampu menjernihkan suasana. Jangan-jangan mereka menyerbu ke atas panggung.
Tapi, dalam situasi yang super gawat ini, Iwan Fals, ternyata setengah jam sebelum konser ini dilantunkan, mampu menjadi penyelaemat. Saa itu, mBah Coco, menilai bahwa Iwan Fals, ternyata dalam kondisi yang kepepet, mengeluarkan jurus-jurus ilmua, sebagai sosok kharismatik.
“Selamat malam Jakarta. Kalian pasti mau sabar menunggu. Setelah mahgrib, kita akan konser. Semua harap tenang dan sabar.” Demikian kata-kata yang meluncur dari mulut Iwan. Dan, ternyata semua nurut dengan instruksi Iwan, yang seolah-olah mau manggung, karena sudah bawa gitar, dengan jaget warna hijau yang terkesan lusuh.
Kemudian, peristiwa kedua sebagai penyebabnya gagalnya konser 100 kota. Ternyata, seusai konser launching “Mata Dewa” secara sukses yang dihadiri lebih dari 100 ribu penonton - sang musisi Iwan Fals turun dari belakang panggung, dan kemudian masuk dalam kerumunan penonton yang sudah menunggu di balik panggung. Ada yang ambil topinya, ada yang merebut jaketnya dan ada yang memeluk sang vokalis.
Apesnya, saat Iwan mampu keluar dari kerumunan - entah siapa yang menyelamatkan Iwan keluar dari kerumuman massa. Justru, para 'suporter' Iwan Fals yang belum terbentuk wadah OI itu, justru merembet ke kawasan samping Hotel Hilton (sekarang Sultan Hotel). Di mana para penontonya merebut ingin cepet pulang, dengan mencegat mobil apa saja, di kawasan Semanggi.
Dari ribuan penonton yang menuju kawasan Semanggi inilah, ujug-ujug ada mobil sedan yang terbakar (dibakar atau terbakar). Nah, gosipnya mobil yang terbakar itu, adalah milik salah satu kerabat dekat Sudomo (Pangkopkamtib). Bisa dibayangkan ndak ya, jaman itu nama Sudomo itu sangat angker (menjadi salah satu penggagas operasi penembak misterius tahun 1983 - 1984).
Namun, ada jejak prestasi yang belum pernah dilakukan oleh lebel atau recording mana pun jaman itu, yang sukses melawan “Mafia Glodok” dalam urusan jualan kaset, selain promotor, Sofyan Ali. Saat konser launching album “Mata Dewa” tersebut, terjual 200 ribu kaset. Sebuah rekor yang belum pernah dilakukan penyanyi mana pun di republik “mbelgedes” ini.
Artinya, jika di milenium ke-3 ini, semua penyanyi, musisi berbondong-bondong membangun karyanya lewat musik ‘INDIE”. Maka, akhir 90-an itu, Sofyan Ali sudah melakukan, sebagai mercu suar, mendobrak “Mafia Glodok”. Bahkan, “Mafia Glodok” saat itu, dipaksa kompromi dengan Sofyan Ali, agar tidak mencolok membangun musik “INDIE”.
PALEMBANG DIBATALKAN
Seminggu, kemudian 'Tour 100 Kota' Iwan Fals segera akan digelar, dengan memilih kota Palembang sebagai kota pertamanya. Tema 'Tour 100 Kota' ini hanya icon-nya, karena kerjasama antara promotor AIRO, Sofyan Ali dengan sponsor PT Djarum, memang hanya untuk kota-kota di Sumatera, sebagai barometer. Kalau dinilai sukses, maka akan langsung tancap gas sesuai dengan temanya, yaitu konser ke 100 kota di republik 'mbelgedes' ini.
Yang luar biasa dari kreatifitas Sofyan Ali, setelah mendapat usulan dari mBah Coco. Yaitu, mengajak sekitar 100 calo tiket, yang biasa mangkal di kawasan Senayan. Entah calo tiket sepak bola, atau pun musik atau event-event nasional. Dan, Sofyan Ali, setuju dengan usulan mengajak 100 calo tiket, berangkat ke Palembang. Agar bisa jualan tiket “Tour 100 Kota Iwan Fals”. Luar biasa....
Stadion Pupuk Sriwijaya, malam itu sepertinya sepoi-sepoi diterjang angin dari Sungai Musi. Semua musisi sudah melakukan gladik resik' satu persatu. Nicky Astria sudah, Ikang dan Achmad sudah dan terakhir Iwan Fals selesai sekitar pukul 11 malem waktu Palembang. Sebagian personil sudah pada pulang, hanya menyisakan Iwan Fals, Sofyan Ali dan beberapa jurnalis yang ikut ke Palembang, seperti Remy Soetansyah, Hans Miller Banurea, Rosihan Nurdin, Naniel Yakin, Amazon Dalimunthe Tba.
Tiba-tiba dari Jakarta, Sofyan Ali mendapat telegram yang disampaikan oleh Mabes TNI Jakarta ke Polda Sulsel dengan tembusan ke Pangdam II Sriwijaya. Desas-desusnya Hendro Priyono (saat itu masih sebagai Komandan Resor Militer 043/Garuda Hitam Lampung) merasa keberatan jika konser bertajuk 'Tour 100 kota' digelar, mengingat masih menyimpan sisa-sisa huru-hara di talangsari, Lampung.
Namun, sejatinya alasan dibatalkannya konser 'Tour 100 Kota' sampai hari ini masih teka-teki. Ada gosip kala itu, bahwa ini peperangan antara Gudang Garam dan Djarum. Maklum, saat itu Gudang Garam sedang giat-giatnya promosikan produknya di Sumatera Selatan, dan ujug-ujug Djarum datang membawa Iwan Fals. Dan, masih banyak gosip yang beredar, termasuk akibat mobil kerabat Sudomo yang terbakar di Parkir Timur ikut memicu batalnya konser tersebut.
Setelah mendengar konser dibatalkan oleh telegram dari Jakarta. Hotel Palembang saat itu suasananya murah, sedih dan bahkan semua personil sangat terpukul. Nicky dan Iwan Fals pun menangis sebisanya.
HABISKAN TIKET PENERBANGAN
Malam itu, beberapa jurnalis termasuk mBah Coco mencoba untuk tidak larut sedih. Dan, mencoba menawarkan ide kepada promotor Sofyan Ali, agar Iwan Fals dan para jurnalis, plus promotor dan sponsor menghabiskan tiket perjalanan yang sudah dipesan dari Jakarta, Palembang, Padang, Medan dan Jakarta. Sekaligus, promotor dan Iwan Fals melakukan konperensi pers di kota-kota yang sudah menunggu Iwan Fals konser.
Nah, foto ini saat siangnya sudah mendarat di Padang, malamnya diundang ke kafe tempat hotel menginap agar bisa menyempatkan Iwan Fals diminta nyanyi. Makanya, mBah Coco sempat ikutan joget bersama Sofyan Ali.
Dari perjalanan 'konteplasi' ini ada yang paling menarik untuk mencari 'benang merahnya' Iwan Fals akan menjadi legenda. Yaitu, saat melakukan perjalanan darat dari Medan menuju Lhoksuemawe, Aceh. Mbah Coco memilih menjadi driver, Pak Tanto disamping mBah Coco sambil bawa gitar, sedangkan di belakang hanya Naniel Hakim (personil Leo Kristi, yang hengkang pindah sebagai jurnalis Suara Pembaruan).
Perjalanan tujuh jam dari Medan - Lhoksuemawe ini, masing-masing punya peran. mBah Coco sebagai supir, Iwan mengarang lagu, dan Naniel mencatat lirik demi lirik yang dilontarkan Iwan. Dalam perjalanan darat itu, ternyata mampu menciptakan sekitar 11 atau 12 lagu. Yang isinya, tentang kemarahan yang maha besar, tentang digagalkannya konser 'Tour 100 Kota'. Walaupun, Iwan pernah merasakan pernah digagalkan konsernya di Pekanbaru tahun 1984 dan nyaris juga sempat ditahan. Namun, digagalkannya konser ini benar-benar sangat membekas di hati Iwan.
NAMBAH ILMU
Sebagai musisi, walaupun sudah terkenal dengan lagu-lagunya yang temanya lebih kuat sebagai 'pengkritik jaman itu. Sepertinya, Iwan Fals mencoba mencari jati dirinya, sekaligus kontemplasi dengan kawan-kawan barunya. Itu dilakukan setelah 'frustasi' akibat dibenci pemerintah orde baru.
Namun, suka atau tidak suka. Perjalanan Iwan Fals di jaman orde baru itu, sejatinya justru menancapkan sosoknya sebagai musisi yang lengkap dan sukses. "Tanpa Orde Baru dan tanpa ada Soeharto, nama Iwan Fals sepertinya tak pernah lahir," demikian tutur Iwan saat itu.
Mungkin, jika imannya nggak kuat, Iwan Fals yang sudah semakin 'frustasi' akan masuk ke dunia yang lebih bejat. Namun, karena karakternya, untuk ingin banyak belajar lebih dominan dan lebih kuat. Maka, satu persatu kawan-kawan barunya disamperin, dan Iwan Fals akhirnya 'nyemplung' ke Bengkel Teater-nya WS Rendra di kawasan Cipayung, Depok. Bahkan, Iwan juga bergabung menjadi anggota 'Bangau Putih' bersama Rendra dan Sawung Jabo.
'Konspirasi' ilmu pelajaran dari Bengkel Teater inilah, akhirnya Iwan Fals menemukan sosoknya kembali dari keterpurukan rasa benci, dendam dan frustasinya akibat aspirasinya dari bernyanyi di bungkam oleh situasi politik negara.
Maka, secara 'politik gaya musisi' lahirnya grup band yang nama SWAMI (musisi yang semuanya berstatus SUAMI, sebagai lelaki baik-baik) dengan menelorkan lagu-lagu bertajuk 'BENTO, BONGKAR, BADUT dan HIO, sebagai 'lagu pergaulan' hingga kini. Bahkan, 'Bongkar' masuk dalam lagu abadi Indonesia nomer wahid.
Demikian secuil perjalanan sosok Iwan Fals yang nyaris frustasi oleh keadaaan sosial politik di dalam negeri, akhirnya memiliki 'benang merah' dengan terciptanya album 'Mata Dewa', konser 'Tour 100 Kota' yang gagal, dan kemudian menjelma menjadi musisi LEGENDA.
Konser 100 Kota Iwan Fals yang gagal diawali dari Palembang 1989. Konser yang disponsori DJARUM ini akhirnya dilanjutkan leyeh-2 "Show-show Kecil" di Padang, Medan dan Lhoksuemawe, Bersama Iwan Fals dan promotor Sofyan Ali, bersama 'Kuli Tinta' saat itu Hans Miller Banureah, Remy Sutansyah, Naniel Yakin, Iwan BKL, Mimi Alqamar.
Perjalanan darat dari Medan - Lhoksuemawe - Medan, Iwan Fals dan Naniel bisa mencetak sekitar 15 lagu, sebagai cikal bakalnya embrio grup band legendaris SWAMI.
Konser 100 Kota Iwan Fals yang gagal diawali dari Palembang 1989. Dilanjutkan leyeh-2 "Show-show Kecil" di Padang, Medan dan Lhoksuemawe, Bersama Iwan Fals dan promotor Sofyan Ali, bersama 'Kuli Tinta' saat itu Hans Miller Banureah (Citra), Remy Sutansyah (Vista), Naniel Yakin (Suara Pembaruan), Iwan BKL (Sriwijaya Post), Mimi Alqamar (preman sekaligus pengusaha).
Dalam perjalanan darat dari Medan - Lhoksuemawe - Medan, Iwan Fals dan Naniel bisa mencetak sekitar 12 lagu, sebagai cikal bakalnya embrio grup band legendaris SWAMI. Kalau nggak percaya, tanya aja Iwan sendiri....ye !!!
Kisah nyata, tentang Sofyan Ali, Iwan Fals dan konco-konco wartawan, tentang perjalanan "Mata Dewa" dan "Tour 100 kota Iwan Fals" ini, hanya mBah Coco yang bisa cerita dan punya dokumentasinya. Super eksklusif.....Coy !!!
Sumber/Penulis : Cocomeo cacamarica
0 Comments