SELAMAT DATANG DI BLOG "IWAN FALS INFO" SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA PENGUNJUNG

Album "Hijau" Iwan Fals, Tak ada Kalahnya



Bagi mBah Coco, yang seolah-olah pengamat musik. Menilai, bahwa musik itu, bisa mengubah kegembiraan, menjadi kesedihan. Bahkan, satu not pun, saat dibunyikan, bisa menyulap nada-nada kegembiraan, menjadi kegelisahan dan penderitaan. Itulah, yang ada dalam nggenjrengan alat musik gitar dan harmonika, dari musisi Iwan Fals.

Satu-satunya, pengalaman mBah Coco, mencoba njlimet mengupas dunia musik. Kebetulan, ada di sekitar musisi Iwan Fals, dan konco-konconya. Dan, sampai 1993 itu, hanya album “HIJAU”, yang dianggap sangat serius memainkan aransemen musiknya.

Bisa menterjemahkan suasana, bisa membayangkan keadaaan, yang dalam pergumulan masyarakat kumuh, warga miskin, dan juga kegundahan dunia menghadapi peperangan. Atau juga bertutur tentang realita bangsanya. Dengan mudah, ditulis liriknya. Dan, kemudian disatukan dalam nada-nada. Bunyinya terdengar sumbang, bisa terdengar trobador atau jatilan, dan bisa genre musik apa saja. 

Ada yang memberi catatan, bahwa Iwan Fals itu terkenal, karena lirik-liriknya menjual kemiskinan. Dan, menjual kejelekan regim di jamannya. Apa pun penilaian para pendengar lagu Iwan Fals. Bagi mBah Coco tidak penting. Karena, di banyak negara, penyanyi yang mirip dengan musisi Iwan Fals itu biasa. Terkenal, dan akhirnya jadi masyur saat mencetak albumnya.

Buat mBah Coco,  menilai musik Iwan Fals, adalah musisi yang sangat lengkap. Coba saja lihat semua album-albumnya. Ada jenis musik yang dimainkan, terdengat nada-nada berbau country, ada reegea, ada keroncong, ada nada bluesnya, juga ada rock, jazz, dan ada ketukan-ketukan musik tradisionil, kaya dengan khas Indonesia.

Dari semua album, mau pun grup band yang pernah dilakoni Iwan Fals, sejak 1979 sampai hari ini. Mbah Coco, menilai, bahwa album “HIJAU”, adalah album yang paling hebat dan paling serius. Kayaknya, dibangun dalam suasana bathin yang nyaman, fokus kreatifitasnya, serta nyaman memilih personilnya.

Dari keseharian, sejak sama-sama di kampus, dan sekali-kali tengak-tengok di studio, entah itu di Musica, atau di GIN di Roxi, atau bahkan dirumahnya, entah itu di Condet, Cipanas atau Leuwinanggung. Album HIJAU, benar-benar kaya akan bunyi-bunyian, dan kaya tentang narasi-narasi yang membumi. Bahkan, nada marah dalam menyanyikan lagu-lagunya pun, terkesan sangat dalam.  

Pada album ini, Iwan Fals masih memilih musisi yang biasa bareng di Musica Studio, seperti Heirrie Buchaery, Cok Rampal, Bagoes AA. Hanya tiga musisi, yang jarang bareng, seperti Iwang Noorsaid, Arie Ayunir (kakaknya Andy Ayunir) dan Jalu G Pratidina. 

Mereka mencoba membuat konsep musik, berbeda dari kebiasa. Kental dengan nuansa perkusi. Bagi sebagian orang yang mendengar musik dalam album ini, mungkin mengatakan tidak biasa, tetapi inilah seni yang tidak bisa diukur dari sudut pandang mana pun.

Sebelum masuk dapur rekaman. Jalu, masih sering dijadikan penabuh drum, dan sekali-kali nabuh gendang. mBah Coco, sekali-kali melihat langsung, latihan mereka di paviliun rumah Iwan, yang sudah penuh dengan tembok-tembok mural. Bahkan, lapangan badminton pun, ubinnya sudah penuh dengan mural. Maklum, penggemar Iwan gile.....cut !!! 

Judul lagu-lagunya pun, sangat berbeda, dengan semua album Iwan sejak 1979 hingga 2020 ini. Dengan lagu pertamanya berjudul HIJAU. Maka, enam lagu berikutnya, hanya diberi nama, LAGU SATU, DUA, TIGA, EMPAT, LIMA dan LAGU ENAM. Bisa jadi, ini hasil kontemplasi, jejak hidupnya, membangun imaginasi, dan kreatifitas, yang selalu resah dan gelisah jaman itu. 

Dibilang eksperimen musik, juga tidak. Dibilang bukan Iwan Fals, juga bukan. Intinya, album HIJAU, sepertinya fenomena Iwan Fals, melihat tentang lingkungan hidup. Atau global warning, yang sudah mewabah dikampanyekan para ilmuwan, LSM, politikus atau musisi. Dan, mBah Coco menilai, Pak Tanto, sedang kampanye tentang lingkungan hidup, yang sudah rusak parah di mana-mana. Musiknya cantik, liriknya murka, dan vokalnya terkesan marah.

Dalam album mana pun, punya Iwan fals, tidak ada yang seserius album HIJAU. Selain, terdengar bunyi-bunyian gendang yang dilakukan Jalu, serta ketukan drummer Arie Ayunir, terdengar kombinasi bunyi tradisi yang kental. Suka dilakukan para musisi tradisonil di banyak daerah di Indonesia. 

Namun, HIJAU lebih bernuansa nada-nada musik indah. Ada, ketukan jenis nada yang juga di improvisasikan dari Bagoes AA yang memainkan piano electrik. Berkolaborai dengan Iwang Noorsaid, yang memaikan synthesiser. Versi mBah Coco, mirip, seperti komponis Johann Sebastian Bach. Atau juga ada bunyi-bunyian yang sering mBah Coco dengar, saat lagu-lagu yang dimainkan komponis Wolfgang Mozart. Sumpeh !!!

Bedanya, kalau Mozart atau Bach, atau mungkin Beethoven, tak punya bunyi-bunyi gendang dan drummer seperti gendang. Sedangkan, tujuh lagu album HIJAU, bunyi-bunyiannya selalu menjadi enak didenger, setelah ada gendang yang dimainkan Jalu. Bahkan, Jalu bilang, “Wooowww itu album yang tidak biasa di Indonesia,” tegasnya.

Penggemar musik Iwan Fals, nggak perlu diajarkan, soal lirik-lirik yang langsung menusuk jantung pendengarnya. Karena, lirik-liriknya menyuarakan kegelisahan, realita hidup, serta ambisi atau yang dialami langsung. Di album HIJAU, Iwan Fals menurut mBah Coco, sedang galau. Bahkan, sedang ada di persimpangan jalan hidupnya.

Walaupun, telah sukses menjulang, lewat KANTATA TAQWA, SWAMI 1 dan 2, serta DALBO. Dalam waktu yang bersamaan, saat posisinya semakin masuk dalam musisi legenda, lewat lagu-lagu Bento, Badut dan Bongkar serta Hio. Pak Tanto, masih menyimpan impian. Sepertinya, judul LAU SATU,  album HIJAU, menyuarakan kegundahan menjalankan kehidupan, antara Iwan dan Yos, istrinya, tentang masa depannya sebagai musisi.

Bahkan, di setiap Iwan Fals, lagu-lagu HIJAU, jarang sekali dinyanyikan oleh Iwan Fals Band, dalam konser-konsernya dari Sabang sampai Merauke. Padahal, menurut mBah Coco, lagu-lagu album HIJAU itu, pantas dimainkan, saat ikutan Java Jazz Festival, atau juga konser-konser bernada genre Blues (dengarkan saja, LAGU DUA).

Sampai hari ini, mBah Coco kesulitan mencari video-klip atau youtube, dari semua lagu-lagu di album HIJAU. Artinya, mungkin Iwan Fals, sulit cari personil-personilnya lagi, bisa mengulang nyanyikan di atas panggung saat konser, atau memang banyak penggemar Iwan Fals, yang nggak suka lagu-lagunya, dan jenis musiknya?

Padahal, kalau mendengar berulang-ulang, LAGU TIGA itu, seharusnya suka dinyanyikan di pantai-pantai di Bali, atau di daerah gunung di kawanan Jawa Barat, saat ada festival musik reegae. Musik asli dari Jamaika ini terasa sangat kental, karena lagi-lagi, Jalu menghentakan gendangnya, sangat reegae banget. Suara gitarnya Jerry, memberi nuansa kombinasi blues reegaa. Jadi ciamik untuk bergoyang....,seolah-olah yang mainkan gitarnya itu, Carlos Santana, atau Eric Clapton, bro !!!

Jika kita sering melihat musisi-musisi pesisir kawasan Jawa Timur. Maka, musik ber-khas jatilan atau trobador, juga sangat kental, di LAGU EMPAT. Entah apa yang membuat Iwan Fals, mau bermusik gaya jatilan?. Atau, karena mengenal jenis musik-musiknya Sawung Jabo? Hanya Pak Tanto yang bisa menjawabnya.

Kenapa banyak orang ingin menang?
Apakah itu hasil akhir kehidupan?
Kenapa kekalahan menjadi aib?
Apakah itu kesalahan manusia?

Aku menjadi lelah dan sangsi
Terhadap kemenangan kemenangan itu
Biarlah aku kalah asal tak memperkosa
Biar saja aku tak menang 
Asalkan tak menginjak nuraninya

Aku tidak ingin menang
Aku hanya ingin benar
Walau harus menggali sukma bumi
Merenangi gelombang samudera

Jika mendengar dengan asyik, tentang musik LAGU LIMA, maka peran Heirrie Buchaery, pencabik bass gitar, memberi nuansa magic, jika dikombinasikan dengan alunan gitarnya bersama bnnyi-bunyian gitarnya Cok Rampal. Namun, suara gendang Jalu, menurut mbah Coco, tetap manjadi “icon” di album HIJAU.  Belum tentu menurut sang pemilik album Iwan Fals.

Kaki depan kanannya pincang
Ditabrak tank ketika latihan di depan
Kaki depan kanannya pincang
Ditabrak tank ketika latihan di depan

Nggak tau, tiba-tiba ingat sahabat Endi Aras. Karena jurnalis dan penggiat mainan anak-anak ini, sepertinya menjadi inspirasi bagi Iwan Fals, lantunkan LAGU ENAM. Atau, hanya secara kebetulan, Endi Aras yang juga,  suka berdiskusi bareng dengan Iwan Fals. Sehingga, secara keseluruhan, lirik-liriknya mirip dengan mimpinya Endi Aras di jaman “now”, tentang anak-anak.

Bunyi bernada genre blues ini, menurut mBah Coco, sangat dihayati oleh Iwan saat masuk dapur rekaman. Dan, tentunya semua personilnya nurut-nurut saja, apa maunya Iwan Fals. Di mana, menurut Musica, album HIJAU ini, album termahal dari Iwan Fals, sepanjang karirnya.

Ke mana perginya mainanku?
Mobil-mobilan dari kulit jeruk
Kuda-kudaan dari pelepah pisang
Entah ke mana perginya

Tak ada lagi bocah berkreasi
Semua sudah tersedia
Mereka menjadi cengeng dan manja
Kejernihan otaknya pun sirna

Masihkah, Iwan memikirkan bocah-bocah masa depan, dalam lirik LAGU ENAM?

Cerita tentang lirik, Nggak butuh dijawab. Karena. Album HIJAU, benar-benar sangat serius penggarapannya, sangat enak di dengar berkali-kali, dan sangat mahal membayar Pak Tanto, saat itu. Dan, mBah Coco, sekali-kali ada di sekitar mereka.

Hanya satu yang sangat disayangkan oleh mBah Coco. Seolah-olah paradok. Bayangkan, Musica mau membayar Iwan sangat mahal, Iwan serius menggarap albumnya. Pak Tanto, serius memilih personilnya. Tapi, kok video klipnya nggak ada, dan tidak terpikir digarap serius? 

Atau, saat salah satu lagu ini, dibawakan di atas panggung, saat konser. Justru, Iwan Fals dan personilnya, tak mampu masuk ke celah-celah bathin, seperti saat masuk dalam susasana di dapur rekaman. Atau, personil Iwan Fals Band, di 10 tahun terakhir, memang tak siap, mengiringi lagu-lagu album HIJAU, yang super berat ini

Hanya mereka yang bisa menjawab. Kalau mBah Coco, hanya bisa mengulas dan menilai, sebagai jurnalis musik abal-abal.

Mahbub Junaidi, RajaPane, Bois MrBbm, Rudi R Soeherman, Rosihan Nurdin.

Sumber/penulis : Cocomeo Cacamarica









Sumber penulis dan foto oleh: Jejak Mbah Coco sebelum dilupakan – Jilid 51. Catatan 11 Juni 2020.

Post a Comment

0 Comments