Catatan 10 Juni 2020
Jejak mBah Coco Sebelum Dilupakan – Jilid 50
Sepulang dari diklat pelatihan wartawan di Semarang, mBah Coco, sudah tidak bersemangat bekerja di SUARA MERDEKA. Bahkan, sudah males meliput sepak bola, sebagai hobi utamanya. Dan, mencoba cari suasana baru. Musik, adalah hobi kedua, di luar sepak bola. Dan, memilih bergaul di lingkungan musik.
Masih ingat launching SWAMI 1, di Topaz, di Gedung Wisma Bakrie, Kuningan Jakarta? Industri musik, sepertinya tak tertarik dengan grup band ini. Terbukti, saat launching di Topaz Kafe, 1991, tak banyak wartawan musik yang meliput. Namun, setelah tiga lagunya meledak di pasaran, semuanya heran, dan semakin nafsu membicarakan SWAMI 1, dan kemudian SWAMI 2.
Namun, pertengahan 1993, ada grup band bernama DALBO, di mana semua personilnya mirip dengan SWAMI, cuman minus Yockie Supraprayogo. Jika melihat sejarahnya, lagu-lagu Sawung Jabo, adalah bonus dari SWAMI 1 dan 2. Jika SWAMI 1 dan 2 adalah kerja bareng semua personil, tapi DALBO, Jabo dominan. Walaupun ada empat karya barengan, dan juga duet Iwan Fals dan Jabo.
mBah Coco, tidak tertarik mengupas lagu-lagu DALBO.
Acara launching DALBO, di Manari Kafe, komplek Museum Satria Mandala, di Jl. Gatot Subroto, malam itu, mBah Coco terlambat nonton launching album DALBO. Saat Volvo 264 GL, mau cari parkir. Ujug-ujug, Tompel Witono teriak-teriak, agar mBah Coco ikutin Iwan Fals dan istrinya Yos, yang tergesa-gesa, sambil marah-marahan, masuk mobil Caravelle-nya yang baru.
Tanpa mengunci mobil, dan kunci dioper ke Tompel, mBah Coco, langsung nanya-nanya, ada apa, dan mengapa cabut dari Manara Cafe? Sedangkan launching album DALBO belum selesai, baru selesaikan tiga lagu? Dari mulut tak ada jawaban. Tapi, Yos sedikit teriak, “Ro, elu ikut aje masuk mobil,” kata Yos, istri Iwan. Sedangkan, Iwan bergegas, sambil meninju mobilnya. Dan, wajahnya marah dan nangis.
Di dalam mobil VW Caravelle, mobil model yang populer saat KTT Non Blok 1994, di Jakarta. Sesaat hening. Namun, berikutnya, antara Iwan dan istrinya, marah-marah dan saling berdebat, entah apa yang asal-muasalnya berdebat. Mbah Coco, belum bisa ikut campur. Karena, belum tau apa masalahnya. Hanya, sebentar mBah Coco ada kata-kata, ‘Udah Wan, santai dulu, nggak enak marah-marah sambil nyetir.”
Tapi, dalam perdebatan dan marah-marahan, antara Iwan dan Yos, terdengar ada kata-kata pemerintah brengsek. Dan, juga nggak tega melihat ibunya, yang kecewa berat, karena acara ulang tahunnya, harusnya ngundang Gus Dur, ditolak dan tidak diijinkan digelar oleh pemerintah, di kawasan Tebet. Mungkin, nanti kalau Iwan komen, bisa meluruskan. Tapi, kira-kira yang diingat sat itu.
Dalam suasana yang marah, kecewa, dan menangis, sambil nyetir di sekitar kawasan Cililitan menuju Condet. Iwan menyenggol becak, krakkkkk. Langsung, Yos bilang, “Ro elu aje yang nyetir, wan elu nggak usah nyetir,” demikian teriak Yos. Namun, Iwan tak menjawab, dan tetap nyetir Caravelle-nya.
Sampai di depan rumahnya di Condet. Yos diturunkan, dan Iwan akhirnya mau nurut dengan mBah Coco, kalau gantian nyetir Caravelle. “Ro, tolong jagain, ya...ajak dia ke rumah mas Willy (WS Rendra),” demikian kata Yos.
Busyet, mBah Coco, pertama kalinya nyetir mobil mewah dan panjang. Tapi, sebagai pembalap relly Paris-Dakkar, sepertinya semuanya berlangsung asyik-asyik saja. Perjalanan Condet ke Cipayung-Depok, jaman itu, super sangat sepi. Kawasan Cipayung, masih banyak hutannya, dan jarang sekali ada warung atau penghuninya.
Sampai di rumah mas Willy, Iwan turun duluan, dan langsung masuk ke rumah mas Willy, yang serba berbahan kayu. Sambil naik tangga ke ruang keluarga, yang hanya ada dua kursi itu. Iwan Fals, langsung menangis sejadi-jadinya, sambil menghadap tembok. Sedangkan, mas Willy, dengan kharismatiknya, hanya bilang, “Ngapain, kalau protes harus pake nangis,” tegasnya.
mBah Coco, sepertinya tertarik turun ke bawah,,untuk nikmati udara Cipayung, Depok yang selalu dingin. Dan, membiarkan Iwan Fals mengaku “dosa” kepada mas Willy. Dan, cerita apa saja, menyebab Iwan ini kecewa berat, menangis, dan meninggalkan launching album DALBO.
Ada sekitar 2 jam, Pak Tanto ngobrol dan reda kecewa dan nangisnya bersama mas Willy. Sekitar pukul satu dini hari, Iwan ngajak pulang. Dan, kembali mBah Coco dapat tugas nyetir mobil Caravelle-nya. Sepanjang perjalanan Cipayung – Condet, nggak banyak yang diobrolin. Iwan hanya terdiam, dan wajahnya masih kusam sedih.
Sesampainya masuk garasi rumah di Condet, Iwan ngajak untuk leyeh-leyeh di paviliun belakang. Dan, nggak lama Yos, yang juga terbangun, nyamperin kita berdua. “Nggak ada apa-apa, kan di jalan, nggak nabrak kan?” tanya Yos.
Esoknya, mBah Coco pulang, di saat Iwan Fals masih pulas tidur. Sambil melenggang jalan mlipir menuju jembatan Pasar Minggu. Masih terngiang-ngiang, segitu beratnya Iwan Fals, jika berhadapan dengan pemerintah. Hingga, acara ulang tahun ibunya saja, dicurigai untuk berpolitik. Padahal, ibunya itu pengasuh pondok pesantren doang. Kebetulan, Abdulrachman Wahid, salah satu undangannya.
Sambil cari omprengan Metromini jurusan Pasar Minggu – Manggarai, nomoer 62, pulang ke Menteng. Akhirnya, mBah Coco, mencoba punya cerita mirip judul lagunya. “Antara Aku, Kau dan Bekas Pacarmu”. Kemudian diplesetin, “Antara mBah Coco, Iwan Fals dan Yos.”
Maaf, ini hanya secuil jejak mBah Coco
Sumber/penulis: Cocomeo Cacamarica
0 Comments