"Keinginan yang tersimpan dalam nyanyian yang tersimpan"
Terlontar kalimat yang tidak pernah saya duga dari seorang living legend "Iwan Fals" pada konsernya "Nyanyian Yang Tersimpan".
..Bangkit Palu..
..Kebetulan teman teman Oi..
..Ada di Lombok, di Palu..
..Mereka tanpa pamrih..
..Menghibur anak-anak..
..Jauh dari publikasi..
..Ooo.. ini di tonton banyak orang yaa..
Begitulah kurang lebih yang di sampaikan beliau. Lalu monolog itu terputus dan di sambung dengan lagu lagi.
Saya sendiri tidak sempat menyaksikan live konser streaming itu. Namun ada sahabat yang menonton lalu mengabari saya bahwa teman-teman relawan yang sedang ada di Palu disebut dalam konser babe. Saat itu kami sedang di Sulteng menghibur anak-anak korban gempa dan tsunami.
Kami berangkat atas inisiatif sendiri yang kemudian di bantu beberapa teman sebagai donatur kelengkapan. Kami jauh dari publikasi, bahkan ketika teman-teman di Lombok dan Palu ingin mengundang wartawan pun kami melarang.
3 hari kemudian kami pulang, kami telah menyelesaikan target trauma healing di 8 titik pengungsian #PASIGALA. Sesampainya di rumah, saya penasaran dengan yang di sampaikan sahabat saya. Lalu saya nonton dalam siaran ulang bersama istri dan putri-putri saya.
Pada bagian monolog itu saya memutar berulang kali. Kami sama-sama tertegun, kami saling pandang, seperti terjadi dialog tanpa kata, akhirnya saya bertanya. Apakah yang di maksud bang Iwan Fals itu adalah aku?.. kami?....
Apakah itu suamimu?..
Apakah itu bapakmu nduk?
Pertanyaan itu tidak ada yang menjawab. Namun saya melihat mata mereka berkaca kaca-kaca. Saya menyaksikan air mata kegembiraan dan kebahagiaan dari orang-orang yang saya cintai. Saya berharap mereka bangga dengan apa yang saya lakukan. Saya berharap putera-putri saya bangga dengan apa yang saya kerjakan.
Dan saya tahu mereka sangat senang, saya tahu mereka ingin berkata "iya" tapi mungkin mereka tidak ingin saya jadi besar kepala dan sombong jadi mereka hanya diam.
Tentu sebagai seniman mendapat apresiasi dari seniman idolanya adalah hal yang luar biasa. Namun sebagai seorang bapak, apresiasi dari anak-anak adalah hal yang sangat di dambakan. Saya ingin menjadi idola bagi mereka.
Tahun ini banyak kejutan buat saya. Terutama yang berhubungan dengan sosok yang saya idolakan. Pada bulan oktober saya mampir ke rumah beliau yang kebetulan bertepatan dengan konser situs budaya dan saya ingin menonton.
Ketika selesai konser saya di panggil beliau dan kami ngobrol dari jam 11 malam sampai jam 3 pagi. Dalam obrolan itu beliau ingin mengkoleksi panflute buatan saya, tentu saya sangat senang sekali.
Dan seperti kebiasaan saya sebagai orang desa, saya selalu mempersilahkan kepada siapapun untuk singgah/mampir ke rumah saya, begitu juga kepada bang Iwan jika suatu saat konser di Bali.
Pada bulan November saya ada job main di Jakarta dan saya sempatkan mampir ke rumah beliau lagi yang kebetulan ada acara Oi Festival Band, sekaligus mengantarkan panflute.
Tanpa saya duga ternyata saya berkesempatan memainkannya di depan beliau berkolaborasi dengan gitaris serta drumer beliau. Yang mengejutkan lagi, beliau ngedance.😊😊
Kami pun sempat ngobrol beberapa menit. Dari situlah saya mendengar bahwa Iwan Fals & Band akan konser di Bali. Saya mengingatkan kembali. "Jika ada waktu mampirlah bang ke pondok saya"
Di bulan desember memang seperti mimpi, sulit saya uraikan dengan kata-kata. Seorang Iwan Fals mau singgah ke rumah "Yon" Gondrong" yang hanya seorang tukang kebun, yang hanya seniman jalanan, yang tinggal di tengah kebun, yang rumahnya tak layak di sebut rumah, yang siapapun yang mampir pasti akan di sambut oleh siulan nyamuk yang kemudian di paksa untuk rela mendonorkan darahnya.... !!! Tapi semua itu nyata.
Dalam kegiatan kami TRAUMA HEALING di Lombok dan Sulawesi Tengah pun beberapa kali di unggah di twiter beliau. Apresiasi yang luar biasa yang membuat energi kami tidak pernah habis saat berkegiatan.
Di akhir tulisan ini ijinkan saya sombong setinggi-tingginya. "Kedua pasang capres dan cawapres saja belum sempat di singgahi, pada hal pasti kepingin banget he he he"
Coba bayangkan jika Iwan Fals berkunjung ke salah satu capres, pasti sebutan cebong dan kampret jadi trending. Begitulah kira-kira, karena ini tahun politik kalau gak rame gak asyik. Mending berkunjung ke kebun sajalah bang, malah bisa ketemu cebong dan kampret beneran.
Trimakasih bang Iwan, terimakasih anak dan istriku yang selalu support serta trimakasih pada sahabat handai taulan semuanya. Selamat tahun baru, tetap berproses dan semoga mendapat sukses, hasil tidak pernah menghianati proses, hasil dan keberhasilan itu relatif, tidak bisa selalu di nilai dengan materi.
Selamat datang tahun 2019
Happy new year ...
Bali. 31 Desember 2018
Yon Gondrong - One Man Band Indonesia
0 Comments