Pertaman kali saya tertarik mendengarkan lagu Iwan Fals adalah lagu Buku Ini Aku Pinjam. Menurut saya, tema lagu itu menarik dan unik sekali. Yaitu, tentang seorang teman yang meminjam buku sahabatnya untuk diisi dengan sebuah puisi. Buku itu menjadi semacam saksi dan tumpahan kisah persahabatan mereka. Romantis sekali.
Tema lagu semacam itu tidak saya temukan dalam lagu lain. Padahal, kisah semacam itu, saya pikir, dialami oleh banyak remaja. Hampir semua remaja mengalami romantisme persahabatan seperti itu. Dari situ saya bertanya-tanya. "Mengapa tema-tema menarik seperti itu tidak digarap oleh pemusik lain." Ternyata justru di situlah keunikan Iwan Fals, yang banyak menulis lagu tentang kisah sehari-hari yang dialami oleh banyak orang.
Sejak itulah saya mencari dan mengoleksi banyak sekali lagu Iwan Fals. Apa yang saya koleksi sebenarnya bukan sekedar lagu, tapi lebih penting lagi adalah berbagai masalah sosial yang terkandung dalam lagu-lagu itu. Sebab, bagi saya, nilai nilai sebuah lagu tidak harus terletak pada bagus atau tidak bagus, merdu atau tidak merdu, tapi juga pada isi atau tema lagunya.
Untuk menciptakan lagu dengan tema yang beragam, dibutuhkan wawasan tersendiri yang cukup luas. Dari wawasan itulah seorang pemusik atau penulis lagu dapat memperkaya wawasan pendengarnya. Antara pemusik dan penggemar terjadi proses pengkayaan wawasan. Dan itulah salah satu magnet atau daya tarik yang saya temukan pada Iwan Fals.
Figur Iwan Fals, meskipun dia seorang penyanyi atau pemusik, menurut saya, dia berbeda dari penyanyi atau pemusik lain pada umumnya. Dia bukan termasuk artis yang glamor seperti banyak ditampilkan di televisi. Bagi saya, Iwan tak ubahnya seperti seorang wartawan yang memotret banyak sekali masalah masyarakat. Bedanya, jika wartawan menuliskannya lewat sebuah berita, Iwan Fals mengungkapkannya lewat lagu.
Berhadapan dengan sosok Iwan, orang seperti saya tidak perlu menyiapkan diri sebagai penggemar terhadapap artis yang glamor atau berpakain mengkilat. Apa yang saya kagumi dari Iwan adalah eksistensinya, gagasannya, pikiran-pikirannya, bukan pakaiannya atau caranya berdandan. Dan saya percaya itu pula yang dilihat oleh sekian puluh ribu penggemar Iwan.
Perkara banyak penggemar Iwan yang bertindak beringas saat menonton konsernya, saya pernah melihatnya sendiri di Ancol beberapa tahun lalu. Saya sendiri merasa ngeri, dan bertanya-tanya hingga sekarang, "mengapa mereka bisa brutal begitu?" Terus terang saya sendiri tidak tahu. Jangankan saya, Iwan sendiri, saya pikir juga tidak tahu mengapa begitu. Saya sangat memprihatinkan hal itu.
Oleh : Ferry Wicaksana
Artikel : MUMU. Edisi 33/thn.1/6-12 Mei 1999
Kutipan : Firman Eyot
==============================
Artikel ini diambil dari majalah/koran kemudian telah di ketik ulang dan di re-upload, dan ini hanya sekedar membagi wawasan agar dapat membacanya kembali, khususnya kepada penggemar Iwan Fals. Semoga bermanfaat.
Haturnuhun
0 Comments