Acara (15)
KONSER DAN MENANGIS
Yang paling kecewa tentulah Iwan Fals. Hiburannya cuma gitar. Perlahan ia mengambil gitar dan mulai menyanyi. Penuh perasaan. Nyanyian yang tanpa dikomandoi diikuti semua yang ada di ruang itu. Juga penuh perasaan. Pada akhirnya, emosi yang menggumpal di dada pun tak tertahankan lagi. Iwan Fals menangis. Semua menangis.
(Hai, 28 Maret-3 April 1989)
Kegagalan tur 100 kota mencipta tangisan. Rencana bersejarah ingin dibuktikan tapi gagal. Iwan Fals tak bisa berada di panggung memberi lagu untuk ribuan atau jutaan orang. Masalah besar melanda! Di majalah Hai, kita membaca: “Spanduk diturunkan, posternya dirobek. Inilah anti klimaks deretan sukses Iwan Fals. Ia mau berhenti main musik?” Kalimat terakhir berlebihan. Iwan Fals terus bermusik sampai sekarang, setelah menumpahkan segala marah, kecewa, tangisan, dan pengharapan. Ia terus tercatat dalam sejarah dan perkembangan musik. Kuping-kuping masih mendengar ratusan lagu gubahan Iwan Fals. Sosok tak mengenal berhenti atau selesai. Kegagalan membuat acara sangar dan bersejarah pada 1989 mengesahkan ia memang tokoh berpengaruh di Indonesia.
Sekian konser Iwan Fals tercatat dengan kerusuhan. Sukacita berlaku tapi orang-orang meledak membuat pelbagai pihak khawatir. Iwan Fals mengerti situasi. Ia selalu mengingatkan para penonton. Di luar konser, kaset-kaset Iwan Fals laris. Kerusuhan menjadi penghalang Iwan Fals mengadakan konser bersejarah di 100 kota. Kasus kerusuhan di Jakarta ditanggapi Iwan Fals: “Sayang kalau kita cuma melihat itu saja. Kenapa kita tak pernah melihat berapa banyak orang yang terhibur, berapa banyak orang bisa melupakan persoalan hidupnya. Walaupun cuma dua jam. Berapa banyak orang yang larut dalam kebersamaan. Dan ini sudah tidak ada dalam kehidupan sehari-hari.” Iwan Fals sering masalah! Pada masa lalu posisi Iwan Fals kadang tak menguntungkan secara politis. Kini, ia sudah tua dengan album ingatan masa lalu, tak ada lagi impian konser 100 kota. Iwan Fals mengerti bila kota-kota di Indonesia sedang merana. Begitu.
Sumber : Majalah Hai, tahun 1989
Kutipan : Kabut
Artikel ini diambil dari majalah/koran kemudian telah di ketik ulang dan di re-upload, dan ini hanya sekedar membagi wawasan agar dapat membacanya kembali, khususnya kepada penggemar Iwan Fals. Semoga bermanfaat.
Haturnuhun
0 Comments