SELAMAT DATANG DI BLOG "IWAN FALS INFO" SEMOGA BERMANFAAT BAGI PARA PENGUNJUNG

SWAMI = SIRKUS BAROCK


Yang Tercecer Dari Swami, Dalbo dan Kantata Taqwa – Jilid 1 "SWAMI = SIRKUS BAROCK"

Jika bertutur tentang cerita lama, dunia musik. Masih saja, ada yang tersisa. mBah Coco, secara tidak sengaja, nemu potongan-potongan jejak tentang album SWAMI 1 dan 2, serta cerita tentang album DALBO. Dan, ujungnya, ada bongkohan tutur tinular jejak KANTATA TAQWA.

Rangkean bunyi-bunyian musik Indonesia, versi mBah Coco, ada sebuah grup band yang keluar dari rel-rel industri musik di jamannya. Siapa yang tidak mengenal lagu “tiga B”, Bento, Badut dan Bongkar? Ketiganya ditelorkan dalam satu album, bernama SWAMI 1. Dan, jika ada yang meminta lagu-lagu tersebut dilantunkan, gunakan istilah Sawung Jabo, sebagai “lagu pergaulan”.

Dalam musik pergaulan dari panggung ke panggung, atau di kafe-kafe, menurut salah satu personilnya, Sawung Jabo. Selalu, ada tambahan, “tiga B plus satu H”. H-nya, adalah Hio (album SWAMI 2).

mBah Coco, mencoba morat-maritkan dokumen yang tercecer entah dari mana. Ujug-ujug menemukan, muntahan sebuah grup band, yang pendek telorkan album, agar bisa direnda dalm cerpen di facebook ini. Hanya saja, gaungnya, hingga kini, bisa menclok di lereng gunung, atau pun di pesisir tebing. Magnit “tiga B plus satu H”di album SWAMI 1 dan 2, membahana menusuk tulang-tulang generasi Z hingga kini.

Ketegangan kreatif, istilah Jabo, dalam menggarap sebuah album. Adalah, sebuah cerita yang bisa dijadikan referensi siapa saja, bagi para musisi pemula, atau pun, yang sudah kadung mencintai musik.

Entah apa yang menggelayuti jiwa para personil SWAMI, Ketika, ada seorang bohir (nggak usah disebut namanya), meminta Iwan Fals alias Virgiawan , ngotot membuat album, di luar Musica Studio, saat itu? Dan, entah apa, yang membuat Iwan Fals, merasa percaya diri. Saat mendapat tawaran buat album di luar Musica, justru mengajak Sawung Jabo?

“Jika tanpa Jabo, saya tidak tertarik,” demikian jawaban Iwan, kepada bohir (sang produser). 

Maka, perhelatan bathin, antara Iwan dan Jabo, mengalir deras proses kreatifitasnya. Dua bathin yang sedang terkoyak. Iwan morat-marit suasana bathinnya, gara-gara konser Tour 100 kotanya 1989, dibredel pemerintah rezim Soeharto. 

Saat hatinya gundah, Iwan Fals mendatangi rumah kontrakan Sawung Jabo, ke Lobi-lobi, Pasar Minggu. Tepatnya seberang gedung Salihara, Jakarta Selatan.

Mungkin, karena ada kawan yang bisa menenangkan gundah gulana bathin Iwan. Maka, proses workshop, yaitu sebuah standart perenungan mencetak album atau menjelang membuat konser, yang dikulturkan grup band SIRKUS BAROCK. 

Maka, Iwan Fals, yang pernah diundang dalam panggung SIRKUS BAROCK tahun 1986, sepakat, untuk mondar-mandir memilih lokasi workshop-nya, antara rumah Iwan di Condet, atau rumahnya Tatas, pianis anggota Sirkus Barock, di Bekasi.

Awal berdirinya, SWAMI volume 1, sejatinya hanya Iwan Fals dan Sawung Jabo. Dalam proses latihan, personilnya diisi Tatas (maaf lupa nama panjangnya), Jerry Soedianto dan Edmon Ambon (julukannya). Dalam cerita pewayangan SWAMI 1, Edmon aslinya, guru gitarnya Setiawan Djodi.

Menurut Jabo, ketika Iwan Fals amat sangat kelewat super kecewa, saat konser 100 kotanya, dilarang pemerintah jaman itu. “Saya bersimpati dan sering ketemuan,” tegasnya

Dalam perenungan gundah gulana, Iwan Fals sering datang naik motor, sambil bawa gitar, mampir ke Lobi-lobi, rumah kontrakannya Jabo. Bahkan, sudah bawa lagu Bento (saat itu sudah dikasih judulnya), bersama Naniel Yakin. Sering dinyanyikan di rumah kontrakan Jabo.

Ada cerita pendek, saat kegagalan Tour 100 Kota Iwan Fals, dalam menghabiskan tiket perjalanan, dari Palembang, Padang, Medan, Lhoksuemawe dan Lampung. Iwan Fals, Naniel Yakin dan mBah Coco, memilih bertiga naik Suzuki Jimmy Jangkrik. Dari Medan – Lhoksuemawe – Medan, sambil ngarang lagu, hingga punya 12 lagu.  Kita bertiga sampai lupa judul-judulnya. Maklam, peristiwa itu sudah 30 tahun lalu.

Tema lirik-liriknya, adalah pembrontakan. Maklum, kami bertiga kecewa berat dengan pemerintah, yang melarang tour 100 kota, harusnya sudah dimulai sejak 10 Maret 1989 di Palembang, sebagai kota pertama. Iwan dan Naniel sebagai musisi, dan mBah Coco, sebagai jurnalis abal-abal.

Kembali, ke proses perenungan membuat grup band. Saat itu, suasana bathin Iwan, memilih Jabo sebagai inspirasinya. Baik, dalam membuat lagu-lagu yang disiapkan, mau pun memilih personil band SWAMI 1. Pengalaman, Iwan diundang main bersama SIRKUS BAROCK, tahun 1986, sangat melekat dalam benak Iwan.

Saat itu, menurut Sawung Jabo, untuk memilih personilnya, nomer satu harus sehati, se-frekwensi dan spirit musiknya harus liar seliar-liarnya. Untuk mencapai proses pergumulan satu hati, harus terbiasa menjalani pergaulan dalam bermusik bareng-bareng. Sehingga, satu sama yang lain, para personil tidak perlu belajar. Tapi, langsung nge-klik, dan nge-jreng…gitu, bro!

Dan, Iwan Fals sepakat untuk setuju 100%, konsepnya Sawung Jabo. Yaitu, kebesaran dalam menelorkan karakter musiknya sejajar, tidak ada yang hebat, dan tidak ada yang biasa-biasa saja. Semuanya, saling ngisi spirit bermusik, sehingga melahirkan musik yang cantik, dengan nuansa lirik yang nakal.

Jika dalam proses nggenjreng-nggenjreng workshop, ada Tatas (piano), Jerry (gitar) dan Edmon (gitar). Maka, saat memilih personil tetapnya. Jabo, memilih Innisisri, sebagai drummer, dan Nanoe sebagai pemegang bass betot-nya. Keduanya, adalah personil SIRKUS BAROCK. 

Sedangkan, Yockie Suryo Prayogo, dipilih karena kualitas arenger-nya, sudah tidak diragukan. Nama Naniel masuk dalam personil SWAMI, karena sudah dianggap sebagai personil bertemanan sejak awal, dan mewarnai musik SWAMI 1, sebagai peniup harmonika dan flute, dan tentunya pencipta lagu. 

mBah Coco, terkesan dalam warna SIRKUS BAROCK, yang menjelma menjadi warna musik SWAMI 1. Ketika, 10 lagu yang dalam album tersebut, dominan musiknya bergenre “jatilan”. Ngerti kan, musik jatilan? Silahkan, googling lagu-lagu karakter SIRKUS BAROCK.

Kalau nggak salah ngetik, seingat mBah Coco, yang suka ngintip-ngintip SWAMI 1, sedang latihan dan rekaman di GIN Studio, kawasan Roxy, Jakarta Barat. Dari 10 lagu dalam album SWAMI 1, “3 B” yaitu “Bento”, “Badut” dan “Bongkar”, dilantunkan setiap latihan, dalam kondisi yang super ceria. Semua personil, nyaris suka telanjang dada, saat di studio. Dan, tentunya, ada “daun surge”, bro!

Hanya lagu berjudul ‘Condet” yang dibuat bareng Iwan Fals dan Naniel sebagai juru catat lirik. Sedangkan, “Esek-esek Udug-udug”, “Potret”, “Bunga Trotoar”, “Oh Ya”, “Perjalanan Waktu”, dan “Cinta”, serta “3 B”, seluruhnya dibuat bareng-bareng liriknya, bersama Iwan Fals, Naniel Yakin Alm dan Sawung Jabo.

“Bagi saya, ketemu Iwan Fals itu jodoh. Terbukti, Iwan ngajak aku untuk buat SWAMI. Dan, konsepnya adalah musik SIRKUS BAROCK,” kata Jabo, pada suatu waktu.

Versi mBah Coco, Iwan Fals, dalam melantunkan lirik-lirik nakalnya, selalu bercermin dalam suasana kehidupan di masyarakat yang saat itu terjadi. Entah itu, tragedi, entah itu suasana bathin rakyat, atau juga tentang kehidupan pribadi Iwan. Nyaris, 100% semua liriknya bersenandung, dengan latar suasana di jamannya.

Versi mBah Coco, lirik dan musik Sawung Jabo, sebagai pendiri grup band SIRKUS BAROCK, terkesan lebih kuat berceloteh tentang cermin diri sendiri, atau dirinya bersama konco-konconya sebagai warga negara biasa. Hanya, keunikan, musik dan lirik Jabo, lebih membumi, karena memiliki wawasan dan pergaulan dalam berteater, bersama mas Willy (WS Rendra), saat berguru Bengkel Teater. 

Nama SWAMI, sejatinya hanya sekadar usulan bercanda, tapi lumayan serius, sebelum masuk dapur rekamam. Yaitu, dengan cara seperti arisan. “Yaitu, setiap personil, memasukan kertas kecil, dengan usulan nama pilihan masing-masing, kemudian dikocok-kocok,” lanjut Jabo.

Ketika kocokan itu dikeluarkan dari kaleng tertutup, yang keluar kertasnya, adalah nama pilihan Sawung Jabo. Yaitu, bertulisan SWAMI.

Trus, opo alasanmu, nulis SWAMI? Tanya mBah Coco, kepada Sawung Jabo.

“Kita berenam, semuanya laki-laki yang sudah bersuami, itu saja alasanku, dan aku plesetin, bukan SUAMI, tapi SWAMI,” tegasnya. (bersambung, SWAMI 2)

12 September 2022
Sumber penulis/foto: Cocomeo Cacamarica

Post a Comment

0 Comments