Musik merupakan ilmu pengetahuan yang bisa kita pelajari dimana saja. Sedangkan agama adalah ilmu yang diturunkan, sifatnya dogmatis dan tidak bisa ditelaah oleh rasio. Tak bisa lain, kita harus menyakininya, pasrah dan menjalankan ajaran-ajaranNya.
Menurut Iwan Fals hukum kehidupan ada tiga, yaitu hukum sosial, hukum alam, hukum alam kecil (jati diri). Harus ada yang mengikut ketiga hukum ini, yaitu hukum agama. Kalau tidak diikat meraka akan bertempur sendiri. Mereka seperti anjing-anjing liar yang harus diikat dengan rantai pada tonggak yang kuat, setiap kali anjing-anjing ini menggonggong, tanah itu akan bergoyang. Tetapi kalau kuat, tanah itu tidak akan terpengaruh oleh gonggongan anjing-anjing itu. Hukum agama seperti tonggak kokoh diatas tanah dan juga kokoh, kalau kita menebang pohon misalnya kita akan melawan hukum alam. Tapi, kita bisa membuat lapangan berpenonton.
Menurut hukum sosial, itu benar. Tetapi kemudian kita tidak akan mendapat udara yang bersih. Itu bertentangan dengan hukum alam kecil kita. Akibatnya akan terjadi pertempuran antara ketiga hukum ini. Yang bisa menjadi hakimnya adalah hukum agama atau digma itu tadi. Jadi, agama penting sebagai pegangan kehidupan.
Berangkat dari itu semua, akhirnya saya tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah saja. Saya pasrah dalam kebesaran, keberadaan dan kekuasaaNya dia maha segala-galanya.
Saya liat, keluarga saya bisa tenang dan pasrah di mesjid. Kenapa saya tidak ? Saya sering berpikir, kenapa saya harus pasrah ? Tapi akhirnya saya pusing sendiri. Itu semua rahasia Allah yang tidak bisa kita ungkap dengan nalar. Daripada saya memikirkan yang ada di luar nalar saya, lebih baik saya terima saja. Mas Willy (W.S.Rendara), pernah mengatakan. "Tuhan menciptakan hewan, manusia, menciptakan kolam. Tuhan menciptakan hujan, manusia menciptakan teman. Kalo kita berbicara mengenai kolam atau teman. Tetapi, manusia tidak akan bisa bicara tentang hutan. Kita tidak bisa apa-apa tentang hal itu hanya Tuhan yang tahu". Buat saya agak menarik.
Jadi persoalannya sekarang , kita percaya atau tidak. Kalau saya percaya saja, karena untuk mencarinya butuh waktu lagi. Banyak yang percaya kenapa saya tidak ? Tetapi saya bisa sampai pada pemahaman seperti itu bukannya tanpa proses. Sebelumnya saya tidak peduli pada hidup keagamaan saya. Tuhan memberi peringatan melalui anak saya. Suatu saat anak laki-laki saya sembahyang bagaimana saya tidak terpukul ? Isteri saya berusaha keras membina mental anak-anak, sementara saya, sebagai ayah, hanya asyik dengan musik saja.
Pengutip : Yunasjen
Sumber. : Majalah Kolom
===========================================
Artikel ini diambil dari majalah/koran kemudian telah di ketik ulang dan di re-upload, dan ini hanya sekedar membagi wawasan agar dapat membacanya kembali, khususnya kepada penggemar Iwan Fals. Semoga bermanfaat
0 Comments